1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Film Pembantaian '65 Raih Penghargaan Venice Film Festival

8 September 2014

Dokumenter tentang pembantaian di Indonesia pasca’65 meraih penghargaan Grand Jury dalam festival begengsi Venice Film Festival, karena dianggap mempunyai dampak yang sangat kuat.

https://p.dw.com/p/1D8YO
Foto: 71st Venice International Film Festival

Para kritikus sebelumnya telah menjagokan film dokumenter "The Look of Silence" karya Joshua Oppenheimer sebagai kandidat pemenang untuk kategori film terbaik Golden Lion, yang akhirnya jatuh ke tangan film Swedia "A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence".

Namun, dokumenter tentang pembantaian atas orang yang dituduh sebagai komunis di Indonesia setelah peristiwa '65 itu meraih hadiah bergenngsi Grand Jury Prize.

Ketua dewan juri Alexandre Desplat, mengatakan "Look of Silence" dan "A Pigeon" adalah ”dua sisi dari koin yang sama. Kedua karya itu memiliki dampak yang sangat kuat.”

Oppenheimer, yang mendarat di bandara Chicago karena cuaca buruk, menerima penghargaan melalui tautan video untuk "The Look of Silence", di mana Adi, saudara laki-laki yang terbunuh, menghadapi para pembunuhnya.

“Adi (bersedia) membuat film ini karena ia ingin bertemu dengan para pelaku dan menerima apa yang mereka lakukan agar ia bisa mengampuni mereka,” kata Oppenheimer.

Namun, satu-satunya orang dalam dokumenter itu yang menerima tanggung jawab, adalah anak perempuan dari seorang pembunuh yang sudah menua.

“Kita di Barat harus mengukuti contoh anak perempuan yang bermartabat ini, dengan mengakui peran kita sendiri dalam genosida ini dan tanggung jawab kolektif kita atas berbagai kejahatan,” kata Oppenheimer.

Aktor asal Inggris, Tim Roth, yang merupakan salah seorang anggota dewan juri, menggambarkan dokumenter Oppenheimer sebagai “sebuah masterpiece, sesuatu yang spektakuler yang bagi saya amat menggerakkan. Saya menyukainya dan saya pikir memiliki harkat yang tinggi melampaui kata-kata”.

Puisi sunyi

"The Look of Silence", adalah dokumenter lanjutan setelah sukses pertama Oppenheimer dengan "The Act of Killing", yang masuk sempat masuk nominasi Oscar sebagai dokumenter terbaik.

Kedua film itu berkisah tentang pembantaian pasca percobaan kudeta yang gagal pada '65, yang disusul pembantaian sekitar setengah juta aktivis, simpatisan, atau mereka yang dituduh sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam film kedua ini, Oppenheimer berfokus pada Adi Rukun, seorang pembuat kaca mata berusia 40 tahun, yang secara bertahap belajar dari Oppenheimer tentang bagaimana saudara laki-lakinya yang bernama Ramli tewas dalam pembantaian '65, dan akhirnya ia berhadapan dengan keluarga pembunuh saudaranya itu.

“Adi menonton semua potongan film yang kami punya untuk diperlihatkan (kepada dia). Ia melahapnya dengan membisu, dengan perasaan dan harga diri yang hancur, putus asa dan marah,“ kata Oppenheimer.

“Film ini menjelajahi keheningan, semacam puisi kesunyian, dan puisi untuk rasa trauma memecah kebisuan.“ (Baca: Puisi Sunyi Oppenheimer untuk Tragedi ‘65)

ab/hp (afp,ap,rtr)