1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Foto Hoax Riskan Menyulut Ketegangan

4 September 2017

Informasi dan foto bohong tentang peristiwa kekerasaan yang dialami warga Rohingya tersebar di dunia maya. Informasi menyesatkan ini berpotensi memicu ketegangan karena berupaya memanfaatkan sentimen warga.

https://p.dw.com/p/2jKJD
Bildergalerie Myanmar Rohingya Flüchtlinge flüchten nach Bangladesch
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain

Peristiwa yang terjadi di Rakhine, Myanmar ramai dibahas di dunia maya. Sejumlah foto dan informasi yang menyesatkan beredar bebas dan berpotensi menyulut ketegangan dalam masyarakat Indonesia. Salah satunya bahkan mencantumkan berita utama yang seolah-olah berasal dari salah satu majalah tentang ancaman dari Biksu di Myanmar bahwa kekerasaan di Rohingya akan terjadi di Indonesia.

Screenshot Twitter Myanmar
Informasi yang ingin memicu kemarahan warga tersebar di media sosialFoto: Twitter

Sebelumnya, Majelis-Majelis Agama Buddha Indonesia sudah mengantisipasi upaya memelintir isu Rohingya dengan 10 poin pernyataan tertulis. "Kami Pimpinan Majelis-majelis Agama Buddha Indonesia menyatakan krisis kemanusian di Rakhine bukanlah konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan... Menolak segala bentuk provokasi untuk memperluas dan membawa isu konflik dan krisis Rakhine, Myanmar, ke Indonesia yang dapat mengganggu kerukunan hidup umat beragama di Indonesia," demikian sebagian kutipan yang dirilis hari Minggu lalu (03/09). 

Figur Publik terjebak informasi palsu

Figur pPublik yang memiliki banyak pengikut di dunia sosial juga menjadi pihak yang paling riskan menyebarkan informasi sesaat. Pelakunya bisa jadi tokoh politik yang ingin memanfaatkan sentimen warga atas peristiwa yang dialami warga Rohingya. Peristiwa ini juga terjadi di Turki. Cuitan Wakil Perdana Menteri, Turkim Mehmet Simsek yang disertai unggahan empat foto yang disebutnya sebagai bukti pembersihan etnis Rohingya, menuai kritik yang mempertanyakan keaslian foto-foto tersebut.

Belakangan diketahui, sumber foto itu bukan berasal dari aksi kekerasaan terbaru di negara bagian Rakhine. Bahkan salah satu foto yang memperlihatkan perempuan menangisi seorang pria yang terikat di pohon berasal dari Aceh. Seperti dikutip dari BBC, foto itu diambil oleh fotografer Reuters, Juni 2003. Tiga hari setelah unggahan pertamanya, Simsek pun menghapus kicauannya dan segera meminta maaf, meski demikian hujatan terus berdatangan. 

Foto dan informasi akurat mengenai peristiwa yang terjadi di Rakhine sebenarnya sulit didapat mengingat pemerintah Myanmar menutup akses terhadap media di kawasan Rakhine. Sebagian besar informasi di dapat dari lembaga lokal yang memiliki perwakilan di daerah konflik.

Bangladesch Rohingya aus Bangladesch
Warga Hindu Rohingya turut mengungsi ke Bangladesh akibat bentrokan yang terjadi di Rakhine.Foto: Abdul Aziz

Korban tak hanya Muslim Rohingya

Selain memelintir foto, ketidaktepatan lainnya yang sering tersebar adalah korban di Rakhine hanya kelompok minoritas Muslim Rohingya. Padahal konflik yang melanda Rakhine tak hanya mengorbankan warga Muslim Rohingya. Seperti dilansir AFP, komunitas kecil warga Hindu dan suku Mro yang menganut Buddha turut mengungsi akibat bentrokan antara militan Rohingya bernama ARSA dan militer Mynamar.  Diperkirakan jumlahnya sekitar 11.000 orang. Keberadaan militan Rohingya juga tak sepenuhnya mendapat dukungan warga sipil Rohingya. "Kami tidak mengehendaki teroris," ucap warga Muslim Rohingya dari desa Maungni kepada AFP." Kami akan bekerja sama dengan etnis (Buddha) Rakhine. Kami sebelumnya layaknya sebuah keluarga dan saudara sebelum semua ini terjadi."

ts/rn (bbc,ape, afpe)