1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fu Xiancai, Wajah Kebebasan Berpendapat di Cina

19 Juni 2006

Seorang aktifis lingkungan hidup Cina, Fu Xiancai dipukuli hingga babak belur setelah mengkritik pemerintah Cina soal pembangunan bendungan tiga lembah. Pihak Rumah Sakit bahkan menolak mengobati Fu Xiancai.

https://p.dw.com/p/CPDc
Bendungan Tiga Lembah, proyek kebanggaan Cina.
Bendungan Tiga Lembah, proyek kebanggaan Cina.Foto: AP

Xiao Fu hanya bisa menunggu. Ayahnya, aktivis lingkungan Cina, Fu Xiancai, baru menjalani operasi hari Minggu lalu, setelah ia dipukuli sampai lumpuh, dari bagian leher ke bawah.

Xiao Fu: “Ayah saya masih dirawat di bagian gawat darurat…“

… kata Xiao Fu melalui telpon. Sebelumnya, rumah sakit Yichang, tempat Fu Xiancai dirawat, menolak untuk mengoperasi pria berusia 41 tahun itu. Alasannya, keluarga Fu Xiancai tidak mampu membayar biaya operasi yang mencapai puluhan ribu Yuan. Kedutaan Jerman di Beijing pun turun tangan. Mereka mengirimkan 6.000 Euro untuk menutup tagihan rumah sakit. Intervensi Jerman dan tekanan internasional tampaknya membuahkan hasil. Fu Xiancai bisa menjalani operasi. Bahkan, pemerintah daerah bersedia mengambil alih sebagian biaya operasi, kata Xiao Fu:

Xiao Fu:Kami mendapat kabar dari rumah sakit, katanya pemerintah lokal berjanji akan melunasi sebagian tagihan. Sekarang ini kami belum harus membayar apa-apa. Tapi, kami belum tahu berapa biaya keseluruhannya, itu tergantung berapa lama proses pemulihan ayah.“

Fu Xiancai terkenal karena terang-terangan menentang pembangunan bendungan tiga lembah. Dalam wawancara dengan stasiun TV satu Jerman ARD, ia mengkritik bahwa sebagian besar petani yang digusur untuk membangun proyek ambisius pemerintah Cina tidak mendapat dana kompensasi. Padahal para petani itu kehilangan rumah, tanah dan mata pencaharian mereka. Bagi pemerintah lokal, Fu Xiancai sudah lama merupakan duri dalam daging. Sampai sekarang, pelaku serangan terhadap aktivis lingkungan itu belum terungkap, kata putra Fu Xiancai.

Keluarga Fu Xiancai hanya mendapat izin untuk mengunjunginya selama 30 menit setiap hari. Sementara teman dan simpatisan pria yang aktif membela hak-hak petani sejak tahun 1994 itu dihalang-halangi oleh pemerintah setempat, keluh Xiao Fu:

Xiao Fu:Banyak teman ayah dari kampung ingin menegoknya di rumah sakit. Tapi mereka dilarang masuk oleh aparat keamanan.“

Aktivis lingkungan Fu Xiancai harus membayar mahal perlawanannya terhadap kebijakan pemerintah Cina. Ia dan keluarganya diawasi dengan sangat ketat. Tapi, ini semua tidak mengendurkan tekadnya. Pria yang kini terikat pada kursi roda itu menegaskan, ia akan mencari pelaku serangan terhadap dirinya dan tetap melanjutkan perlawanan.***