1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fungsi Kesehatan Pada Jahe

15 Februari 2011

Di Indonesia sejak lama jahe sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Di Eropa selain sebagai bumbu, jahe makin dikenal dapat menurunkan kolesterol, memperbaiki fungsi lambung, berdaya antiseptik dan mengatasi diare.

https://p.dw.com/p/10HZc
Jahe, akar yang kaya daya penyembuhFoto: AP

Jahe yang berasal dari Asia Tenggara dan Tengah kini banyak ditanam di kawasan tropis lainnya di dunia. Termasuk diantaranya di Afrika, Amerika Latin, Karibik dan di Australia. Penggunaan jahe paling tua seperti banyak bumbu lainnya ditemukan di Cina. Pada ilmu obat-obatan tradisional Cina, jahe merupakan salah satu obat terpenting. Sementara di Eropa jahe mulai dikenal sejak abad pertengahan antara abad ke-5 sampai abad ke-16. Yakni periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat. Bangsa Romawi mengimpor dalam jumlah besar bumbu-bumbu dari kawasan tropis. Antara lain merica, jahe dan daun kayu manis yang terutama digunakan untuk bumbu dapur. Dulu jahe merupakan bumbu termahal dan hanya dapat dibeli oleh masyarakat lapisan kelas atas.

Meskipun demikian dulu jahe kebanyakan hanya dipakai pada biskuit. Di Jerman belakangan ini jahe juga semakin populer digunakan sebagai bumbu. Wolfram Siebeck, jurnalis dan kritisi gastronomi terkenal Jerman, dalam buku resep makanan yang ditulisnya banyak menggunakan bumbu jahe

"Penjelasannya mudah saja, saya suka jahe. Tapi jahe sekaligus menjadi simbol pola masak modern, kebiasaan pola makan modern saat ini. Seperti halnya bawang putih pada tahun 1980-an.“

Juga pada pengobatan abad pertengahan di Eropa jahe sudah digunakan untuk berbagai keluhan penyakit terutama dalam masalah pencernaan dan influensa. Sejak tahun 1997 jahe mulai dimasukkan ke dalam daftar nama obat-obatan Jerman. Komisi E yang merupakan komisi penelitan tanaman obat Jerman menilai positif jahe dalam mengatasi indikasi gangguan pencernaan dan mencegah mabuk perjalanan.

Jahe kaya akan minyak atsiri. Rasa pedas pada jahe berasal dari apa yang disebut Gingerol, dimana Gingerol juga memiliki rasa pedas yang paling keras. Tapi Gingerol tidak hanya menyebabkan rasa pedas pada jahe, melainkan juga kekuatan penyembuhan tanaman ini. Struktur kimia dan pengaruh Gingerol mirip seperti aspirin. Artinya Gingerol meredam agregasi trombosit sehingga menurunkan risiko tertutupnya pembuluh darah dan pengapuran arteri. Selain itu jahe dapat menenangkan lambung dan usus. Jahe dikenal sebagai obat mengatasi rasa mual, masuk angin, dan kejang di bagian usus. Jahe juga membantu kelancaran darah dan metabolisme, yakni semua reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh kita.

Tapi ada pula yang harus diperhatikan dalam pemakaian jahe terutama bagi Anda yang menderita gangguan lambung, penyakit refluk asam lambung yakni naiknya asam lambung dari lambung ke kerongkongan, mereka yang terlalu banyak memiliki asam lambung dan penderita batu ginjal. Jahe juga sebaiknya tidak digunakan oleh seseorang yang akan menjalani operasi karena seperti aspirin, jahe juga dapat mempengaruhi penghentian perdarahan.

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk