1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020711 Libyen NATO

2 Juli 2011

Kembali penguasa Libya Muammar Gaddafi melontarkan pernyataan yang membingungkan. Dalam sebuah pesan audio ia mengancam akan menggempur Eropa sebagai aksi balas dendam atas serangan NATO di Libya.

https://p.dw.com/p/11nrK
Gaddafi berpidato di televisi Mei laluFoto: dapd

Bila NATO melanjutkan serangan udaranya terhadap rezimnya, Libya akan mengambil langkah serupa, demikian ancaman yang dilontarkan Muammar Gaddafi lewat pesan suara Jumat lalu (1/7) ketika ribuan pendukungnya berhimpun di ibukota Tripoli.

Gaddafi lalu memperingatkan, Libya mampu menyerang Eropa. Sebaiknya Eropa menarik diri sebelum terjadi malapetaka. Kemudian ia menambahkan, "rakyat Libya bisa membawa perang ini ke Eropa. Menargetkan rumah, kantor dan keluarga Eropa seperti halnya yang dilakukan kalian di Libya. Menjadikan rumah warga sipil sebagai target militer yang sah.“


Gaddafi Sebut Pemberontak Pengkhianat Bangsa

Pesan Gaddafi itu disampaikan di sebuah aksi demonstrasi besar yang digelar para pendukungnya. Dari tempat yang tidak diketahui, lewat pengeras suara ia berpidato kepada pendukungnya yang berhimpun di Lapangan Hijau di pusat kota Tripoli. Ia tidak hadir secara pribadi dalam aksi tersebut, dan ini menunjukkan, bahwa keselamatannya terancam.

Dalam pidatonya, Gaddafi menyebut para pemberontak sebagai pengkhianat bangsa dan bertanggung-jawab untuk semua masalah di negara itu. Warga Libya yang melarikan diri ke negara tetangga, kini bekerja sebagai "pembantu rumah tangga“ bagi keluarga Tunisia, kata Gaddafi. Ia menyerukan kepada pendukungnya untuk memasuki kawasan pegunungan di barat Libya, dan memusnahkan senjata yang telah disalurkan pemerintah Perancis kepada pemberontak beberapa hari lalu.


Perundingan Perdamaian tanpa Gaddafi

Sementara itu, para pemimpin negara Uni Afrika (UA) bersidang di Guinea Khatulistiwa, membicarakan rencana baru perdamaian bagi Libya tanpa Gaddafi. Ia tidak akan mengambil bagian dalam perundingan ini, papar komisaris UA untuk urusan perdamaian, Ramtane Lamamra di ibukota Malabo.

Lamamra mejelaskan, bahwa rencana perdamaian tersebut mencakup gencatan senjata. "Pertemuan ini merupakan kesuksesan besar dan memang sudah lama diharapkan, karena semua peserta yang hadir dapat menyampaikan pendapatnya", tambah Lamamra Kamis (30/6) malam menjelang Jumat. Perundingan sempat dihentikan ketika dibicarakan apakah Gaddafi dilibatkan dalam perundingan atau tidak. Dalam kesempatan itu, pemberontak Libya yang juga menghadiri pertemuan menuntut, agar Gaddafi tidak diikutsertakan dalam perundingan apapun.

Berdasarkan keterangan kalangan UA, dalam rencana perdamaian baru itu juga ditetapkan, bahwa organisasi kemanusiaan mendapat akses tak terbatas ke warga Libya yang membutuhkan bantuan. Selain itu, pemilihan umum yang bebas akan digelar. Rencana baru perdamaian itu diserahkan kepada pemberontak Libya dan wakil Gaddafi yang ikut serta dalam pertemuan puncak di Malabo.


UA Tidak Akan Bekerja Sama dengan Den Haag

Di Guniea Khatulistiwa para pemimpin negara UA juga memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan Tribunal di Den Haag dalam penangkapan Gaddafi untuk kemudian diserahkan kepada PBB. Di luar itu, UA menuntut dari Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan sebuah resolusi yang menangguhkan proses persidangan terhadap Gaddafi. Meskipun UA tidak ingin Gaddafi dibebaskan dari segala sanksi hukum, ungkap Ketua Komisi UA Jean Ping, namun perintah penangkapan terhadap Gaddafi mempersulit segala upaya untuk meraih solusi politik dalam perudingan.

Gelombang pemberontakan terhadap rezim Gaddafi telah berlangsung sejak pertengahan Februari lalu. Senin lalu (27/6) Pengadilan Kejahatan Perang Internasional mengeluarkan perintah penangkapan atas Gaddafi. Jaksa Luis Moreno-Ocampo di Den Haag mengatakan, dalam konflik di Libya ribuan warga telah terbunuh.

Thomas Grimmer/Andriani Nangoy Editor: Marjory Linardy