1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gaddafi Menawarkan Pengampunan pada Pemberontak

15 Maret 2011

Militer Libya membombardir kota Adjabiya yang dikuasai kelompok perlawanan. Militer menawarkan amnesti pada para anggota kelompok perlawanan, jika mereka meletakkan senjata dan menunjukkan rasa penyesalan.

https://p.dw.com/p/10ZIp
Kelompok perlawanan di Brega, Libya.
Kelompok perlawanan di Brega, Libya.Foto: AP

"Siapa pun yang menyuruh kalian mengangkat senjata dan berperang, diserukan untuk menjunjung perdamaian bagi negara dan bangsa kita. Seperti militer kalian menjaga keamanan kalian dan wilayah timur, bantulah kita mengakhiri pertempuran dan pertumpahan darah." Siapa yang meletakkan senjata dan menyerahkan diri pada militer, ia akan diampuni, begitulah janji Muammar al Gaddafi pada kelompok perlawanan.

Namun gerakan perlawanan sama sekali tidak berpikir untuk menyerahkan diri pada tentara Gaddafi. Posisi mereka memang sulit, tapi gerakan perlawanan bertekad untuk bertahan.

Selasa pagi (15/03), gerakan perlawanan melaporkan bahwa mereka merebut kembali kota Brega yang pada akhir pekan lalu dikuasai tentara Gaddafi.

Seperti yang dikatakan saksi mata kepada stasiun televisi Al Arabiya, "Batalyon revolusi menguasai seksama kota Brega dan berupaya bergerak ke arah barat. Senjata mereka sangat primitif, namun mereka punya keinginan kuat dan ketangguhan, makanya mereka bisa membebaskan kembali Brega. Tidak ada tambahan serdadu dalam melawan tentara Gaddafi. Pasukan revolusi ingin mempertahankan lokasi-lokasi strategis."

Masih belum jelas siapa menguasai kota Brega. Pertempuran masih berlangsung.

Sementara di kota Ajdabiya di timur laut dibombardir. Seorang saksi mata menuturkan, "Serangan bom bertubi-tubi mengenai rumah sakit dan penampungan air kota. Tidak ada korban jiwa. Tujuannya jelas, untuk menakut-nakuti rakyat dan membuat mereka mengungsi keluar. Sebagian besar penduduk di daerah antara Ras Lanuf dan Brega sudah mengungsi."

Ajdabiya yang berpenduduk 150 ribu itu merupakan persimpangan penting. Kota tetangganya adalah Benghazi yang berjarak 150 km. Dari Ajdabiya ke arah timur laut berjarak 400 km terletak pelabuhan minyak Tobruk. Jika militer berhasil merebut Tobruk, rezim bisa menyerang markas kelompok perlawanan Benghazi dari dua arah. Dengan begitu, malapetaka mulai mendekati warga kota metropolitan Benghazi.

Namun mereka menunjukkan keteguhannya. "Semuanya propaganda. Ia menyebarkan propaganda pada setiap orang dan negara Barat, bahwa ia tetap penguasanya," ujar seorang warga.

Selasa petang (15/03), sedianya dua kapal dari Turki dan Uni Emirat Arab merapat di Benghazi. Dua kapal itu mengangkut ratusan ton bahan pangan, air, obat-obatan, selimut, dua dapur bergerak dan oven bergerak untuk memanggang roti. Benghazi mulai kekurangan bahan pangan pokok.

Bettina Marx/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk