1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gaddafi Tidak Akan Menyerah

24 Agustus 2011

Setelah berhasil menduduki kawasan kediaman Muammar Gaddafi, pasukan pemberontak mengibarkan bendera baru Libya di atas patung kekuasaan lama Libya. Keberadaan Gaddafi belum diketahui.

https://p.dw.com/p/12Mtg
A libyan man with his daughter walks along an empty street in downtown Tripoli, Libya, Tuesday, Aug. 23, 2011. (AP Photo/Sergey Ponomarev)
Meski pemberontak berhasil merebut Tripoli dari tangan pasukan Gaddafi, pertempuran masih terus berlanjutFoto: AP

Pemberontak nampak bersorak-sorai atas keberhasilan mereka merebut kawasan Bab al-Aziziya di ibukota Tripoli, yang merupakan kompleks kediaman Muammar Gaddafi. Setelah 42 tahun kekuasaan Gaddafi, pemberontak mengakhiri era Gaddafi di Tripoli.

"Luar biasa, semua orang-orang ini berjuang demi kita, untuk momen ini. Kami berdiri di depan kediamannya, tetapi di mana dia? Ia bersembunyi di bawah tanah. Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Di mana dia?" Demikian dituturkan seorang warga Libya di Tripoli.

Taktik Gaddafi

Meski kediaman Muammar Gaddafi sudah dikepung oleh pasukan pemberontak, tidak ada yang mengetahui keberadaannya.

Sebuah pesan audio muncul dari Gaddafi. Dalam pesannya itu ia mengatakan, penarikan dirinya dari markas di jantung ibukota merupakan langkah taktis semata. Ia sengaja menyerahkan kediamannya kepada pemberontak. Gaddafi kemudian mengancam akan memicu situasi di Libya bagaikan sebuah gunung berapi yang meletus. Ia juga menegaskan siap mati sebagai martir.

Kepada pendukungnya Gaddafi menyerukan, agar pemberontak di Tripoli diberantas. Kemudian ia menceritakan, bahwa ia, secara diam-diam keluar dari tempat persembunyiaannya tanpa ada yang menyadarinya. Melihat Tripoli, Gaddafi tidak merasa bahwa kota itu telah dikuasai oleh pemberontak. Pesan Gaddafi ditayangkan oleh stasiun televisi yang setia padanya. Dalam pesannya itu disebutkan, bahwa ia masih berada di Tripoli, namun kebenaran keberadaannya di ibukota tidak dapat dibuktikan.

Beberapa kawasan di Tripoli masih berada di bawah kontrol Gaddafi dan pasukannya. Baku tembak masih berlangsung. Pasukan Gaddafi menembaki kawasan Zuara dan Ajelat di barat Tripoli. Demikian laporan stasiun televisi Al-Arabiya.

Serangan Balas Dendam

Kepada stasiun radio Reuters juru bicara Dewan Transisi Nasional (TNC) Omar al-Ghirani menuturkan, bahwa pasukan Gaddafi melepaskan tujuh tembakan granat ke daerah pemukiman di ibukota. Penduduk setempat panik dan segera meninggalkan rumah mereka. Kawasan bandara pun menjadi sasaran motir pasukan Gaddafi, tambah al-Ghirani.

Sudah enam bulan lebih pertempuran terus berlangsung. Meskipun sebagian warga Libya merasa bahwa ini adalah akhir dari kekuasaan Gaddafi, namun kemenangan belum dapat dirayakan, sebelum Gaddafi dan keluarganya ditangkap dan diadili. Hal serupa juga disampaikan oleh pemimpin Dewan Transisi Nasional, Mustafa Abdel-Jalil. Terlalu dini untuk mengatakan, bahwa pertempuran di Tripoli telah dimenangkan oleh pemberontak. Demikian Abdel Jalil.

Pemimpin pemerintah pemberontak Mahmoud Jibril menjanjikan sebuah transisi menuju demokrasi untuk Libya. Ia mengingatkan, bahwa sorotan dunia saat ini tertuju pada Libya. Jangan sampai ada yang melakukan serangan balas dendam, "Kita jangan bersikap bodoh dan mengotori tahap akhir revolusi ini", tutu Jibril.

Kemudian ia menuturkan, bahwa pemerintah peralihan telah membentuk sebuah badan yang akan mengkordinir keamanan nasional. Badan tersebut terdiri dari berbagai kelompok pemberontak dan suku. Mahmoud Jibril memaparkan, "Kami juga akan melibatkan perwira bekas militer Gaddafi dan polisi yang ikut berjuang dengan kami dalam revolusi ini."

Gaddafi diyakini masih memiliki tempat aman di Tripoli yang mungkin olehnya dijadikan sebagai tempat persembunyian.

Andriani Nangoy/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk