1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gas Bumi Dari Iran Untuk Pakistan

Amjad Ali13 Maret 2013

Presiden Iran dan Pakistan merayakan fase akhir proyek pipa gas bumi yang menghubungkan kedua negara. Akhir tahun 2014, Iran akan mulai menyalurkan gas bumi ke Pakistan.

https://p.dw.com/p/17vbe
Iranians work on a section of a pipeline (on with are sticked Iranian and Pakistanese national flags) after the project was launched during a ceremony with presidents of Iran and Pakistan on March 11, 2013 in the Iranian border city of Chah Bahar.
Pipelinebau Iran Pakistan ArbeiterFoto: Getty Images

Gagasan untuk menyalurkan gas bumi dari Iran ke Pakistan bukan gagasan baru. Tahun 1994, kedua negara memulai pembicaraan tentang proyek pipa gas. Setahun kemudian, sebuah kesepakatan awal ditandatangani. India juga pernah menandatangani kesepakatan semacam itu dengan Iran tahun 1999. Tapi akhir 2009, India menghentikan proyek itu dengan alasan keamanan dan biaya terlalu tinggi.

Pemerintah Amerika Serikat tidak setuju dengan penyaluran gas dari Iran ke Pakistan. Karena itu berarti, Iran tetap bisa menjual gasnya, sekalipun ada embargo sehubungan dengan sengketa program nuklir Iran. Menanggapi fase akhir proyek pipa gas Iran ke Pakistan, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Victoria Nuland mengatakan hari Senin (11/03), jika proyek pipa gas itu menjadi kenyataan, undang-undang AS tentang sanksi terhadap Iran bisa diterapkan pada Pakistan. ”Kami sudah menjelaskan ini kepada rekan-rekan kami di Pakistan”, tukas Nuland.

Pengamat Pakistan Ikram Sehgal tidak yakin, Amerika Serikat akan mewujudkan ancamannya. ”Kelangkaan energi menyulitkan ekonomi Pakistan. Banyak perusahaan industri harus ditutup. Angka pengangguran meningkat, inflasi naik.” Pemerintah Amerika Serikat juga tahu, tambah Sehgal, jika perekonomian Pakistan runtuh, akan terjadi krisis berat. ”Karena itu, saya yakin proyek ini tetap akan berjalan”.

Pengamat politik Christian Wagner dari yayasan politik SWP di Berlin juga sependapat. Pakistan saat ini memang sedang mengalami kesulitan. Amerika Serikat tentu tidak ingin melihat Pakistan terjerumus dalam kekacauan. Jadi Amerika mungkin hanya akan melakukan sanksi simbolis saja. Menteri Informasi Pakistan, Qamar Zaman Kaira mengatakan, Pakistan sadar ada ancaman sanksi, tapi kepentingan nasional Pakistan harus menjadi prioritas. ”Kami akan meyakinkan Amerika agar tidak menerapkan sanksi”, kata Kaira.

Krisis Energi di Pakistan

Menurut Christian Wagner, proyek pipa gas ini memang sangat penting bagi Pakistan untuk menghadapi krisis energi. Kelangkaan listrik dan gas terasa setiap hari di Pakistan. Karena situasi itu, hampir setiap hari ada demonstrasi dan kerusuhan menentang pemerintah. Proyek ini juga bisa dilihat sebagai pendekatan Pakistan kepada Iran.

Bagi pengamat, bukan kebetulan jika pemerintah Pakistan mendorong kelanjutan proyek ini dengan publikasi luas menjelang akhir masa jabatan Presiden Zardari. Mantan pejabat kementerian luar negeri, Shamshad Ahmad Khan menyatakan, pemerintah melanjutkan proyek pipa gas dengan Iran karena oportunisme saja. Sama dengan proyek pelabuhan Gwader dengan Cina. ”Jika menyangkut kepentingan negara, seharusnya keputusan ini diambil lima tahun lalu. Kelangkaan listrik dan energi sudah berlangsung lima tahun, dan situasinya makin lama makin buruk”, kata Khan.

Panjang pipa gas yang direncanakan seluruhnya lebih dari 2.000 kilometer. Sekitar 1.220 kilometer akan berada di daerah teritorial Iran dan 780 kilometer di daerah Pakistan. Sampai sekarang, sudah 900 kilometer pipa selesai dibangun dari ladang gas South Pars di Iran menuju perbatasan ke Pakistan.

Para pengamat masih ragu, apakah pipa gas itu bisa selesai dibangun akhir 2014. Terutama karena belum jelas, bagaimana Pakistan bisa membayar biaya yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar dollar AS. Iran sudah menjanjikan kredit senilai 500 juta dollar AS. Menteri Informasi Qamar Zaman Kaira menegaskan, proyek yang sudah direncanakan selama bertahun-tahun itu tidak akan gagal hanya karena ”sejumlah kecil” uang.