1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070411 Elfenbeinküste Gbagbo

7 April 2011

Perebutan kekuasaan berdarah di Pantai Gading antara Gbagbo dan Ouattara terus berlanjut. Kamis (07/04) dini hari, tempat kediaman Laurent Gbagbo di kompleks pemerintahan di ibukota Abidjan diserang.

https://p.dw.com/p/10pID
Pasukan pro Ouattara dalam perjalanan menuju Abidjan, Rabu (06/04)Foto: AP

Pasukan Perancis menghancurkan kendaraan militer milik tentara yang setia pada Laurent Gbagbo, saat helikopternya melakukan misi penyelamatan duta besar Jepang untuk Pantai Gading, Kamis (07/04). Perancis masuk setelah tentara Gbagbo menyerbu kediaman Duta Besar Yoshimi Okamura, yang bersama tujuh orang staffnya berlindung di ruangan yang aman, kata juru bicara pasukan Perancis, Thierry Burkhard.

Thierry Burkhard menambahkan, pasukan pro-Gbagbo memasang peluncur roket di atap kedutaan Jepang. Pemerintah Jepang meminta PBB untuk bertindak, dan UNOCI, misi PBB di Pantai Gading, meminta pasukan Perancis bertindak, karena memiliki sarana untuk mengevakuasi.

Gbagbo menolak menyerahkan kekuasan pada Ouattara yang memenangkan pemilihan presiden, November 2010. Misi PBB ONUCI memperkirakan, pasukan yang menjaga kediaman Gbagbo tinggal sekitar 150 orang, namun dipersenjatai dengan sangat baik.

Pasukan Ouattara terpaksa mundur, untuk sementara, kata juru bicaranya Affoussy Bamba. "Orang-orang ini, yang masih membela Gbagbo, tak punya peluang. Saya harap mereka sadar bahwa semua sudah berakhir. Gbagbo sudah tamat riwayatnya. Orang-orangnya kan rakyat Pantai Gading juga, mereka harus sadar bahwa Alassane Ouattara juga presiden mereka, dan kami semua."

Laurent Gbagbo tidak melihatnya seperti itu. Ia tidak akan pernah mengakui Ouattara sebagai pemenang pemilu, kata Gbagbo pada radio Perancis, RFI. Dan menyerah juga tak ada dalam pikirannya. "Kami tidak berada dalam tahap perundingan. Orang menuntut saya mundur, tapi kemana saya harus mundur?"

Pasukan Ouattara kini mengumpulkan kekuatan untuk serangan kedua. Mereka ingin menangkap Gbagbo hidup-hidup guna diajukan ke pengadilan. Hal itu harus mereka upayakan sendiri, tegas pemerintah Perancis. Dalam hal penyerbuan terhadap kediaman Gbagbo di Abidjan, pemerintah Perancis menyatakan, pasukan Perancis maupun PBB tidak terlibat.

Di Abidjan situasi keamanan tetap sangat tegang. Warga ibukota sudah berminggu-minggu menderita akibat pertumpahan darah. Mayat-mayat masih tergeletak di jalanan, toko-toko dijarah, RS kehabisan obat-obatan.

Hari Rabu (06/04), Uni Eropa memutuskan sanksi baru bagi Gbagbo dan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, Parlemen Eropa menyatakan Laurent Gbagbo secara pribadi bertanggungjwab atas pertumpahan darah di Pantai Gading.

Pembantaian massal di negara Afrika Barat itu, yang dua pekan lalu saja sudah menewaskan ratusan orang, menjadi dasar bagi Luis Oreno-Mocampo, Ketua Jaksa Penuntut Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, untuk melakukan penyelidikan. Dan ini bisa menjadi masalah pelik, bukan saja untuk Gbagbo, tapi juga bagi Ouattara.

Alexander Göbel/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid