1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Geliat JI di Tanah Runtuh

Rizki Nugraha26 Januari 2007

Damai seolah tidak pernah betah berjejak di Poso, Sulawesi Tengah. Setidaknya sampai geliat kelompok teror Jemaah Islamiyah dihentikan. Begitulah isi laporan International Crisis Group.

https://p.dw.com/p/CIvW

Lembaga yang berbasis di Brussel, Belgia, itu meyakini, 29 orang yang masuk daftar buronan polisi adalah anggota Jemaah Islamiyah. Sidney Jones, Direktur International Crisis Group Asia Tenggara ICG mengatakan,

"Selama tiga tahun belakangan ini, kami baru yakin bahwa kelompok Jemaah Islamiyah yang berhubungan dengan kampung Tanah Runtuh bertanggung jawab atas hampir semua kejahatan yang dilakukan di Poso dan Palu selama tiga tahun belakangan."

Delapan bulan polisi menyerukan agar ke-29 buronan itu menyerahkan diri. Namun kegagalan usaha persuasif yang ditandai dengan berakhirnya negosiasi dengan ke-29 tersangka pelaku teror membuat polisi kehabisan kesabaran.

Persuasi berakhir, langkah represi diambil. Polisi melakukan penyergapan pada tanggal 11 Januari. Namun para buronan tak mau menyerah. Baku tembak pun terjadi. Dua buronan orang tewas. Disusul kematian seorang polisi yang dikeroyok massa saat pemakan salah satu buronan.

Namun apes bagi polisi, unjuk otot kedua 22 Januari lalu, memakan terlalu banyak korban jiwa yang tidak tercantum dalam daftar pencarian. Akibatnya, sejumlah kelompok Islam melihatnya lain. Mereka menuduh polisi bertindak brutal terhadap umat Islam Poso. Mereka yang tadinya tewas sebagai buron pun berubah menjadi korban.

Sidney Jones, Direktur International Crisis Group Asia Tenggara dalam laporan lebih lanjut mengkhawatirkan, peristiwa penyergapan polisi itu bisa dimanfaatkan oleh Jemaah Islamiyah untuk mendorong aksi jihad baru di Poso. Tidak dengan umat Kristen sebagai targetnya, tetapi polisi sendiri.

Dalam analisanya, ICG mengkhawatirkan gelombang simpatisan kelompok Tanah Runtuh yang bisa menjadi radikal setiap saat. Jones menyebut masih banyak anggota Jemaah Islamiyah berkeliaran di Poso. Di antara anggota JI di Poso terdapat beberapa veteran perang Afghanistan berpengalaman dan mampu mendidik kaum simpatisan menjadi teroris.

Laporan ICG ini ditanggapi polisi dengan nada sewot. Polisi mengatakan, yang tewas dalam penggerebekan kedua itu adalah warga sipil yang mempersenjatai diri, membantu buronan dan menyerang polisi dengan senapan dan bom. Juru bicara kepolisian, Sisno Adinoto mengatakan, protes terhadap kerja kepolisian hanya upaya untuk menghalangi perang melawan terorisme.

International Crisis Group menghimbau pemerintah Indonesia untuk membentuk tim independen yang mengkaji peristiwa baku tembak polisi dan kelompok tanah runtuh. ICG juga menyarankan polisi bekerjasama dengan pemuka agama Poso untuk menjelaskan duduk perkaranya kepada umat muslim Sulawesi Tengah.