1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210211 China Proteste

21 Februari 2011

Gelombang aksi protes di negara Arab membuat pemerintah Cina semakin gelisah. Karena sejumlah upaya dilancarkan untuk membendung segala usaha melancarkan demonstrasi.

https://p.dw.com/p/10LLh
"Revolusi Melati". Massa yang berkumpul di kawasan perbelanjaan di Beijing dibubarkan oleh polisi.Foto: AP

Pemerintah Cina semakin gelisah. Hanya beberapa pekan menjelang rapat tahunan Partai Komunis Cina (PKC), pimpinan partai itu melancarkan berbagai upaya mencegah aksi protes dan demonstrasi. Belasan aktivis dijatuhi tahanan rumah akhir pekan lalu. Teng Biao seorang pengacara terkenal sejak Jumat lalu (18/2) menghilang secara misterius. Istrinya cemas:

"Saya begitu kuatir. Suami saya menghadiri panggilan pengadilan. Setelahnya ia tidak kembali ke rumah. Malam itu juga, aparat keamanan menyita komputer, buku-buku dan mesin fax dari apartemen kita.“

Karena diawasi dengan ketat hari Senin (21/2) belasan pegiat hak asasi manusia dan intelek kritis tidak dapat berbicara dengan bebas atau telefonnya diputus.

Penyebab tindakan keras pemerintah Cina itu adalah seruan di internet untuk melancarkan „Revolusi Melati“. Seruan itu mengikuti revolusi di negara-negara Arab. Namun siapa yang menyerukan aksi tersebut, hingga kini belum diketahui. Awalnya seruan itu dipublikasikan di situs internet asing. Hanya beberapa ratus warga Beijing dan Shanghai mengikuti seruan tersebut dan berkumpul di lapangan utama di kotanya hari Minggu (20/2).

Hari Minggu di Beijing diturunkan pasukan polisi dalam jumlah besar untuk membubarkan ratusan warga yang berada di depan sebuah rumah makan di kawasan perbelanjaan Wangfujing. Tidak nampak ada menggelar aksi unjuk rasa, karena tidak ada spanduk, slogan atau seruan apapun. Sulit untuk memastikan siapa yang datang untuk berdemonstrasi atau hanya ingin melihat.

Tetapi, ketika tiba-tiba seorang pemuda melemparkan bunga melati berwarna putih ke jalan, polisi segera bertindak dan mencoba untuk menangkap pemuda itu.

"Saya hanya kebetulan datang ke sini. Saya hanya ingin mengambil kembang-kembang ini yang berjatuhan di lantai. Kenapa saya ditahan?“

Akhirnya pemuda itu dibebaskan, tetapi dua orang lainnya ditahan. Di Shanghai juga terjadi pertemuan massa yang serupa dan dijaga ketat oleh polisi berseragam dan berpakain sipil. Di sana pun sejumlah orang ditahan oleh polisi, demikian laporan kantor berita.

Karena pemerintah meningkatkan kehadiran polisi, melancarkan aksi intimidasi terhadap kalangan intelek dan aktivis, serta mengetatkan sensor, sementara ini sangat sulit untuk menggelar demonstrasi. Terkait isu bahwa pemerintah Cina semakin gelisah, nampak jelas pada pernyataan fungsionaris tinggi rezim Cina yang dilontarkan akhir pekan lalu. Presiden Cina Hu Jintao dalam pidatonya di depan kader partainya menyerukan, agar faktor-faktor yang menganggu harmoni masyarakat dilenyapkan, internet diawasi dengan lebih baik serta kebebasan berpendapat diatur dengan lebih keras.

Di internet di Cina kata "molihua", artinya melati telah diblokir sebagian. Misalnya dalam komentar di blog kecil, kata itu tidak dapat digunakan lagi sejak akhir pekan lalu. Pemerintah Cina ingin mencegah agar peristiwa seperti di dunia Arab tidak terjadi di Cina.

Ruth Kirchner/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk