1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gelombang Teror Mencekam Pakistan dan Afghanistan

29 Oktober 2009

Serangan terror dengan sasaran penduduk sipil menunjukkan bahwa politik yang dijalankan pemerintah di kawasan itu tidak populer. Kini AS menanggung beban paling berat dari semakin gawatnya situasi di Pakistan dan Afghani

https://p.dw.com/p/KIg6


Situasi di Pakistan dan Afghanistan menjadi tema sorotan dalam tajuk harian internasional.

Harian konservatif Italia Corriera della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya berkomentar : Pertanyaannya amat sulit dijawab. Mengapa serangan terror justru diarahkan kepada penduduk sipil, seperti serangan di sebuah pasar di Peshawar? Sebuah penjelasan yang masih mungkin tapi amat mencemaskan adalah, pemerintahan presiden Zardari yang didukung aliansinya di Washington sangat tidak disukai di Pakistan. Karena itu sesaat setelah terjadinya serangan bom, kembali telunjuk diarahkan ke Washington. Dengan begitu logika para teroris menjadi semakin jelas. Seperti juga di Afghanistan dan di Irak, mereka menyebarluaskan aksi teror, ketakutan dan kekecewaan, serta menihilkan upaya pihak-pihak yang berusaha menormalisir situasi dengan bantuan AS.

Harian liberal kanan Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid berkomentar : Serangan teror terburuk di Pakistan itu dilancarkan praktis hampir bersamaan dengan kedatangan menlu AS, Hillary Clinton. Ironisnya, Clinton datang ke Pakistan untuk mendukung pemerintah di Islamabad dalam memerangi terorisme. Gambar-gambar mengerikan dari keseharian itu, hendak menciptakan dampak jangka panjang, berupa tumpulnya kepekaan publik. Tapi kita juga jangan lupa, disini dipermainkan perdamaian dunia. Aksi teror kelompok radikal yang terus meluas di kawasan itu, menjadi ancaman bahaya serius. Di saat presiden AS Barack Obama menegaskan strategi militer baru. Masyarakat internasional harus lebih banyak berkiprah dalam perang tsb dibanding waktu sebelumnya.

Harian liberal kiri Perancis Liberation yang terbit di Paris berkomentar : Bagaimana caranya melancarkan perang yang sudah jelas tidak dapat dimenangkan, tapi juga tidak boleh kalah? Taliban mengorbankan anggotanya dalam rutinitas yang mengerikan, untuk membunuh para petugas PBB yang berusaha menciptakan perdamaian. Atau juga melakukan serangan bunuh diri yang menewaskan ratusan warga sipil di Pakistan serta Afghanistan. Serangan barbar semacam itu, setiap hari semakin menyulitkan tugas presiden AS. Inilah tugas politik, untuk memecahkan masalah yang tidak terpecahkan. Mungkin saja kita harus memberikan peluang baru kepada Afghanistan walaupun jalannya menyakitkan, ketimbang menerima kemenangan kelompok radikal di sana dengan dampak yang tidak dapat diperhitungkan.

Terakhir harian Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar : Bersamaan dengan setiap serangan teror di Pakistan dan Afghanistan, akan semakin banyak pertanyaan menyangkut strategi AS di kawasan itu. Orientasi baru yang dicanangkan presiden Barack Obama belum diterapkan. Sementara di kalangan pemerintah AS muncul beragam pendapat menyangkut prinsip, bagaimana sasaran dan perspektif perang di Afghanistan. Serta mengenai masalah praktis, berkaitan dengan logika serta volume penambahan pasukan dan cara pembangunan kembali di negara itu. Obama dalam perang ini secara resmi juga melanjutkan narasi dari pendahulunya George W.Bush. Mungkin tahun 2001 alasannya memang tepat. Tapi sekarang hal itu sudah usang.

AS/AR/dpa/afpd