1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gempuran Helikopter Tempur NATO di Libya

4 Juni 2011

Hari ini, aliansi militer yang dipimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, kembali melancarkan serangan ke Libya. Kini NATO mengerahkan helikopter tempur.

https://p.dw.com/p/11UOk
Helikopter NATOFoto: picture-alliance/dpa

Sejumlah ledakan kembali mengguncang ibukota Tripoli. Aliansi militer NATO menyatakan dalam sebuah pernyataan, helikopter tempur digunakan untuk pertama kalinya di Libya. Yang menjadi sasaran serangan adalah kendaraan militer, perlengkapan militer dan pasukan penguasa Muammar Gaddafi yang berada di lapangan. Sejauh ini NATO tidak menyakan lokasi serangan. Departemen Pertahanan Inggris menyatakan, helikopter tempurnya dari jenis Apache dikirimkan untuk melaksanakan serangan, dan telah kembali ke kapal induk yang membawanya. Perancis juga menyatakan mengirimkan helikopter tempurnya. Tetapi kedua negara itu juga tidak menyebutkan lokasi target mereka.

Menurut laporan kantor berita Inggris, PA, helikopter tempur menghancurkan sebuah stasiun radar dan sebuah pos pemeriksaan di dekat kota minyak Brega yang berlokasi di tepi pantai. Juru bicara pimpinan militer Perancis, Thierry Brukhard mengatakan, helikopter menghancurkan sekitar 20 sasaran. Pasukan Gaddafi kemudian melepaskan tembakan ke arah helikopter tempur, tetapi tidak mengalami kerusakan. Penggunaan helikopter tempur memberikan fleksibilitas bagi operasi militer yang dilancarkan NATO. Dengan cara itu NATO dapat lebih mengarahkan serangan ke pasukan Gaddafi yang dengan sengaja menjadikan warga sipil target serangannya, dan berusaha bersembunyi di daerah yang padat penduduknya. Demikian dinyatakan dalam sebuah pernyataan NATO.

Sementara itu di fron diplomatik, Cina mengatakan, Duta Besarnya di Qatar, Zhang Zhiliang telah mengadakan pembicaraan dengan Mustafa Abdul Jalil yang mewakili pemerintahan transisi yang didirikan pemberontak. Keduanya mendiskusikan konflik yang sedang dihadapi negara yang kaya minyak tersebut. Kedua belah pihak saling bertukar pandangan tentang situasi Libya. Demikian dikatakan jurubicara departemen luar negeri Hong Lei. Ia menambahkan, posisi Cina dalam masalah Libya jelas. Hong Lei menekankan, negaranya berharap krisis Libya dapat diselesaikan melalui jalan politik, dan masa depan Libya ditentukan oleh rakyat Libya sendiri.

Presiden Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, negaranya akan mengirimkan utusan ke Tripoli, juga ke Benghazi yang menjadi markas besar pemberontak, untuk memediasi. Itu dilaporkan kantor berita Italia, ANSA, yang mengutip diplomat. Mendvedev mengatakan, pemerintahnya ingin agar masalah diselesaikan sebaik mungkin lewat negosiasi, dan bukan dengan jalan militer.

Kantor berita Rusia Interfax mengutip utusan pemerintah, Mikhail Margelov, yang mengatakan akan bertolak ke Benghazi Senin mendatang, untuk bertemu dengan wakil oposisi dan sejumlah wakil politik lainnya di Benghazi. Sejak Februari lalu, pasukan Gaddafi telah mengadakan pertempuran melawan pemberontak, yang berusaha menumbangkan Gaddafi yang telah berkuasa lebih dari empat puluh tahun.

Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat AS menyetujui teguran yang diajukan terhadap Obama, karena terus berperan dalam misi NATO sementara mengacuhkan Kongres, tetapi tidak berusaha menghentikan misi tersebut. Dari Gedung Putih kini dituntut pemberian laporan tentang tujuan AS dalam misi tersebut, biaya yang diperlukan, rencana lamanya partisipasi AS dalam misi itu dan penjelasan, mengapa Obama tidak meminta ijin dari Kongres.

Marjory Linardy (rtr/afp/dpa)

Editor : Ayu Purwaningsih