1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gempuran Koalisi Diperluas

24 Maret 2011

Perancis menyatakan aksi militer di Libya masih akan berlangsung berminggu-minggu. Sementara ini NATO terus berusaha mencapai kesepakatan bagi sebuah struktur komando misi Libya di bawah NATO.

https://p.dw.com/p/10gy7
Warga Benghasi turun ke jalan berdemonstran mendukung serangan koalisi Barat, Rabu (23/03)Foto: AP

Pertempuran sengit terus berkobar antara pasukan pro-penguasa Libya Muammar al Gaddafi melawan pasukan koalisi Barat. Serangan udara selain dilancarkan ke sasaran di ibukota Tripoli, untuk pertama kalinya diperluas ke selatan. Militer Libya melaporkan, koalisi Barat membombardir pangkalan militer di kota Sebha dan Al Djufra sekitar 800 km di selatan ibukota Tripoli. Juga pertempuran darat antara pasukan pro-Gaddafi melawan kelompok perlawanan terus berkobar terutama di sekitar kota Ajdabiya dan Misrata di barat Libya.

Penguasa Libya, Muammar al Gaddafi dalam pidatonya Selasa (22/03) malam terus mengobarkan semangat para pendukungnya, "Di seluruh dunia digelar demonstrasi bagi masalah Libya, di Asia, di Afrika, di Amerika, di Eropa. Orang-orang di pihak kita. Yang menentang kita, adalah minoritas."

Di sisi lain, militer Inggris melaporkan, angkatan udara Libya sudah berhasil dihancurkan. Juga sistem pertahanan serangan udara Libya mengalami kerusakan hebat.

Marsekal Muda Greg Bagwell dari angkatan udara kerajaan Inggris pada saat mengunjungi pangkalan militer di selatan Italia mengatakan, "Kami sekarang terus meningkatkan tekanan terhadap angkatan bersenjata Libya. Angkatan udaranya sudah tidak eksis lagi dan sistem pertahanan serangan udaranya rusak berat, sehingga pesawat tempur koalisi Barat dapat terbang ke sasaran yang dituju nyaris tanpa hambatan."

Sementara itu, NATO mulai menerapkan embargo senjata terhadap Libya sesuai resolusi PBB. Aliansi pertahanan ini mengumumkan di Brussel, Belgia, kapal-kapal perangnya kini melakukan patroli di kawasan pantai Libya. Akan tetapi, silang sengketa internal menyangkut peranan NATO di masa depan dalam aksi militer mengawal resolusi PBB terhadap Libya, hingga kini belum tuntas. Terutama Turki menentang operasi militer terhadap Libya.

Berkaitan dengan itu, komandan NATO untuk Eropa, Laksamana AS James Stavridis berkunjung ke Ankara, Turki, untuk melakukan pembicaraan khusus. Diperkirakan, kunjungan itu merupakan upaya untuk menjalin kesepakatan bagi struktur komando misi militer di Libya di bawah pimpinan NATO.

Dalam pertemuan di Brussel sebelumnya, 28 anggota NATO tidak berhasil mencapai kesepakatan berkaitan pertanyaan, dalam bentuk seperti apa dan sejauh mana peranan politik aliansi pertahanan itu di masa depan, dalam penerapan resolusi PBB terhadap Libya. Sejauh ini Perancis dan Inggris berinisiatif mengambil alih pimpinan politik misi militer di Libya, sehubungan sikap AMerika Serikat yang lebih banyak menahan diri.

Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe hari Kamis (24/03) kepada stasiun radio RTL menegaskan, pasukan koalisi Barat akan terus menggempur sasaran militer di Libya dari udara, selama hal itu diperlukan. Menlu Perancis itu juga menarik neraca, serangan udara terus menerus yang dilancarkan sejak Sabtu (19/03) lalu sebagai sukses. Sebaliknya Cina terus mengritik aksi militer di Libya itu dan menuntut segera dijalinnya gencatan senjata. Juru bicara Kementrian Luar Negeri di Beijing Jiang Yu dalam konferensi pers rutin menandaskan, pertempuran di Libya dapat mengguncang stabilitas seluruh kawasan.

Agus Setiawan/dpa/rtr/afp

Editor: Dyan Kostermans