1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Gita Savitri, Ramadan, Pandemi, dan Jerman

4 Mei 2020

Youtuber Indonesia Gita Savitri mengaku tak merasakan perbedaan signifikan saat berpuasa di Jerman di masa pandemi. Miliki waktu lebih banyak, Gita makin aktif berbagi informasi tangkal hoaks corona di akun Youtubenya.

https://p.dw.com/p/3bl6U
Gita Savitri
Foto: privat

Youtuber sekaligus content creator asal Indonesia Gita Savitri, yang telah lama menetap di Jerman bercerita tentang pengalamannya berpuasa di tengah pandemi. Menurut perempuan yang telah menetap lebih dari sembilan tahun di Jerman ini, tidak ada perubahan yang signifikanketika berpuasa di tengah pandemi.

Ia menambahkan saat ini pun muslim di Jerman nampaknya tidak kesulitan berpuasa meski ada pandemi karena telah terbiasa dengan kondisi krisis COVID-19, yang telah berlangsung kurang lebih dua bulan.

‘’Sebenarnya kalau sejauh mata memandang tidak terlalu berbeda karena Ramadan di Jerman baru terasa kalau kita sudah ke KBRI atau KJRI, kumpul dengan orang Indonesia dari jam sembilan sampai sahur. Mungkin, menurut aku pribadi tidak bisa ke KJRI, kalau sekarang kan aku di Hamburg adanya KJRI jadinya aku enggak bisa ke sana, itu aja sih, trus tidak bisa ibadah bareng,’’ jelas Gita kepada DW Indonesia.

Namun, ketika berbicara tentang nuansa Ramadan, Gita (27) mengaku berpuasa di Jerman tidak kental dengan nuansa berpuasa seperti di Indonesia, yakni bisa membeli ta’jil, salat tarawih, dan pergi bersama-sama ke masjid.

‘’Sebenarnya negative side-nya euforianya enggak dapat jadi kita harus menemukan semangat berpuasa dan beragama tuh benar-benar dalam diri karena enggak ada support system-nya (di Jerman),’’ ujarnya.

Aktif bagikan informasi edukatif seputar corona di Youtube

Dengan lebih banyak waktu di rumah selama menjalani work from home, Gita mengaku lebih aktif membuat konten Youtube yang bertemakan edukasi tentang corona. Ia melihat banyak misinformasi yang terjadi di Indonesia terkait COVID-19 karena ketidakmampuan untuk mengontrol atau menyaring mana informasi benar dan salah.

‘’Harusnya kalau menurut aku, seperti informasi obat belum ada, belum ditemukan. Kalau misalnya kalian melihat ada treatment seperti apa segala macam anti corona, itu hoax atau fake news, harusnya kan begitu, tapi ternyata enggak,’’ jelasnya.

Perempuan yang tengah menempuh pendidikan master di jurusan kimia Free University Jerman ini mengungkapkan, ingin menggunakan ilmunya di bidang sains, untuk berbicara masalah corona. Ia menyatakan tentang pentingnya berpikir kritis.

‘’Menurut aku, critical thinking itu bukan hal yang bisa dipelajari semalam bisa langsung thinking critically, itu harus active learning. Kita harus belajar terus tapi paling tidak awal-awal yang harus kita tanamkan adalah kita harus skeptis dan kita harus baca dari berita yang legit, dari outlet yang legit seperti misalnya DW,’’ sebutnya.

Terus cari perkembangan terkini seputar penanganan corona

Di Jerman, aturan penguncian atau lockdown telah dilonggarkan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, sehingga kegiatan perdagangan dan aktivitas pertokoan mulai berjalan kembali. Namun, WNI yang telah lama menetap di Hamburg ini menilai pelonggaran lockdown tersebut masih terlalu dini.

‘’Sotoynya (sok tahu) aku ya, walaupun katanya Markel sudah menghitung-hitung pakai matematika dan segala macam tapi menurut aku pelonggaran lockdown di Jerman itu too early karena tanpa ada kelonggaran saja orang Jerman kalau ada matahari pasti keluar apalagi ‘okay, longgar nih’ langsung orang -orang penuh di jalan kayaknya,’’ ujarnya sedikit berkelakar.

Lebih lanjut, ketika menilik penanganan corona di Indonesia, Gita menyebut tentang pentingnya transparansi. Ia menilai pandemi ini sudah berkaitan dengan masalah kemanusiaan sehingga tidak boleh ada unsur politisasi di dalamnya.  Ia menceritakan bagaimana Merkel mampu menangani dengan serius pandemi ini dan meminta agar masyarakat benar-benar berperan kolektif untuk bisa menurunkan kurva kasus positif COVID-19.

‘’Being transparent itu penting banget dan sebagai government menurut aku pemerintah Indonesia harus punya stands, harus punya power being the big brother yang mengayom masyarakatnya,’’ katanya.

Tetap bahagia dan sehat di tengah pandemi

Selama pandemi, Gita mengaku tidak mengalami kesulitan untuk berbelanja bahan makanan, terutama ketika harus menyiapkan makanan berbuka dan sahur. Tips andalannya agar tetap sehat selama berpuasa adalah banyak mengonsumsi buah, asupan sayur dan daging.

Selain itu, Gita juga menyoroti masalah kesehatan mental dan sosial masyarakat yang ia bagikan dalam konten Youtubenya . Gita mengamati  banyak orang yang justru merasa demotivasi dan tidak produktif ketika menjalani tren bekerja dari rumah atau work from home, sebagai hal yang wajar.

‘’Buat karyawan yang merasa bersalah ‘aduh unmotivated atau unproductive it’s totally nomal. Menurut aku semua orang lagi slowing down dan mencoba coping, you’re not alone in this so don’t beat yourself up,’’ paparnya.

Ia menambahkan dari pengamatannya banyak orang-orang yang dipaksa bekerja selama 24 jam dalam sehari, hanya karena orang-orang bekerja dari rumah. Padahal, menurutnya setiap orang saat ini sedang berjuang untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul terhadap dirinya selama pandemi. Ia menambahkan semua orang butuh waktu untuk mencerna apa yang sedang terjadi.

‘’Apalagi misalnya dia punya keluarga yang dia worry so much, apalagi dia ada di circumstances yang dia enggak bisa tenang menghadapi ini semua. Jadi kalau misanya ada orang-orang yang bos-bos  mengatakan ‘kamu harus kerja’, ya tolong ya pak, buk, pengertiannya terhadap karyawannya,’’ tutupnya.