1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Globalisasi dan Industri Tekstil India

24 Agustus 2006

Industri tekstil India harus berjuang keras. Dulu, sektor tekstil tidak punya saingan di negara sendiri. Setelah pasar dibuka, tekstil impor dari Cina membanjiri pasar.

https://p.dw.com/p/CPCR
Ekspor tekstil Cina membanjiri pasaran dunia
Ekspor tekstil Cina membanjiri pasaran duniaFoto: AP

Burung-burung ceria berkicau sebuah pabrik tenun di India Utara. Para penenun di kota Varanasi bekerja keras setiap hari agar bisa bertahan, bila masih punya pekerjaan. Iqbal Ahmed dulunya seorang penenun, ia bercerita:

Iqbal Ahmed: „dulunya saya seorang penenun, sekarang saya pengangguran. Bila ada yang menawarkan pekerjaan, apa saja, maka saya akan melakukannya. Tapi itu jaranga sekali terjadi. Saya kehilangan pekerjaan dulu, karena orang-orang di Cina meniru tekstil yang kami buat dan sekarang menjualnya dengan harga yang lebih murah.”

Bagi orang-orang seperti Iqbal Ahmed, globalisasi bukan saja membuat bumi bagai berputar sedikit lebih cepat, melainkan membuat bingung, karena misalnya, kain tradisional India, kain sari sekarang juga sudah diproduksi di Cina. Hal seperti ini juga membuat pusing pemilik pabrik teksi Altef Ahmed yang harus bersaing dengan produk massal dengan harga yang jauh lebih murah.

Altef Ahmed: „Kami masih bukan negara maju, kami tidak punya mesin-mesin raksasa, kami juga tidak punya begtu banyak uang dan tidak punya pendidikan yang begitu tinggi. Tapi kami harus berbuat sesuatu, kalau tidak kami menghadapi masalah besar.“

Di ibukota India, New Delhi, Arun Chopra biasanya membeli pakaian anak-anak dari usaha-usaha kecil industri rumah. Kemudian ia menjualnya kembali kepada toko-toko. Chopra memperingatkan kepada ketiga orang anaknya, agar jangan sampai berdagang pakaian. Dua puluh tahun lalu, ketika Chopra mulai bekerja di perusahaan keluargamya, industri tekstil India masih berjaya. Sekarang usaha yang diwariskan itu sudah megap-megap. Arun Chopra menuturkan,

Arun Chopra: „Sekarang banyak pakaian dari Cina. Harganya begitu murah, sampai-sampai kami tidak bisa menyainginya. Para pemilik toko yang dulu membeli pakaian dari saya, membeli produk-produk Cina itu. Di sana mereka punya pabrik-pabrik besar. Sementara kami membeli dari produsen kecil.”

Arun Chopra merasa bakal bisa bertahan. Namun ia merisaukan nasib para penenun dan tukang jahit langganannya. Menurut Chopra, lambat laun mitra dagangnya ini bakal kehilangan pekerjaan mereka, padahal masih harus mengurus keluarganya.

Chopra beranggapan, ia harus berusaha memberikan anak-anaknya pendidikan yang terbaik agar nantinya bisa mendapatkan pekerjaan. Ia menilai, globalisasi yang menjadikan dunia bagai sebuah desa kecil adalah hal yang baik. Namun bagi banyak orang, globalisasi terkait dengan berbagai kesulitan.