1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Globalisasi Membawa Konflik Kurdi dan IS ke Jerman

Grahame Lucas9 Oktober 2014

Merebaknya konflik Kurdi dan pendukung Islamic State di Jerman adalah buah globalisasi yang tidak terelakkan, menurut Grahame Lucas. Kini tinggal bagaimana negara menggunakan instrumen demokratis buat meredam ancaman itu

https://p.dw.com/p/1DSXa
Demonstration Kurden Hamburg 08.10.2014
Foto: Reuters/Alexander Koerner

Layaknya warga Jerman lainnya, saya terkejut ketika mendengar kabar bahwa pendukung Islamic State (IS) dan pengungsi Kurdi terlibat bentrokan di jalanan kota Hamburg dan Celle. Beberapa ratus orang dari kedua kelompok bersenjatakan tongkat, besi dan pisau saling serang sebelum dilerai oleh polisi anti huru hara.

Tapi jika merefleksikan apa yang terjadi, saya menyadari perang proksi antara kedua kelompok di jalan-jalan Jerman adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Globalisasi berarti konflik regional seperti yang terjadi di perbatasan Turki dan Suriah serta melibatkan Turki, Islamic State dan Kurdi itu akan merebak ke negara-negara yang rajin merekrut buruh migran atau menampung pengungsi dari berbagai penjuru dunia.

Terlebih konflik antara pemerintah Turki dan kelompok separatis Kurdi sudah menjadi agenda tetap di Jerman mengingat banyaknya jumlah pengungsi Kurdi di sini. Untungnya kepolisian Jerman mampu mengendalikan situasi di Hamburg dan Celle dengan sangat efektif dan profesional.

Namun begitu, pertanyaan yang muncul saat ini adalah apa yang akan terjadi di Jerman jika konflik di Suriah terus memanas. Apa yang terjadi jika Kobani jatuh dan sandera Kurdi dipenggal oleh lusinan militan Islamic State?

Kita telah menyaksikan bagaimana perang di Gaza beberapa bulan silam memicu gelombang antisemitisme di Eropa. Tidak diragukan lagi, merebaknya konflik asing lainnya di Jerman akan semakin memanaskan situasi dan mengancam upaya integrasi kaum pendatang dari Timur Tengah.

Barangkali Islamic State justru merencanakan eskalasi konflik semacam itu. Untuk menimbulkan gangguan di Jerman dan membelah masyarakat multi etnik di negara barat dengan memobilisasi pendukung ISIS di sini buat menebar tindak kekerasan atau memancing simpatisannya untuk melakukan kekejaman teror terhadap orang lain.

Internet memungkinkan mobilisasi dan perekrutan semudah memencet tombol pada papan ketik. Rencana serangan terhadap warga sipil tak berdosa di Australia yang mengambil contoh pada kekejian Islamic State selayaknya menjadi peringatan.

Gerakan Islam Salafi di Jerman yang berhaluan ekstrim adalah alat yang ideal buat IS. Saat ini beberapa anggota Salafi Jerman sedang menghadapi dakwaan menyusul upaya pemboman stasiun kereta api utama di kota Bonn.

Di bawah bayang-bayang ancaman tersebut, jawabannya adalah bukan memilih partai ultra konservatif seperti Partai Alternatif untuk Jerman atau mereka yang gemar membakar sentimen anti orang asing. Masyarakat sipil dan pemerintah di Berlin harus berdiri tegar dan menghalau ancaman ekstrimisme Islam dengan semua instrumen yang dimiliki oleh sebuah negara demokratis.

Deutsche Welle Grahame Lucas
Foto: DW/P. Henriksen