1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Suriah Kerahkan Pasukannya ke Utara Hadapi Serangan Turki

14 Oktober 2019

Tentara pemerintah Suriah dikerahkan ke utara untuk menghadapi invasi militer Turki. Prancis yang membantu AS memerangi ISIS berusaha menjamin keselamatan militer dan warga sipil mereka di wilayah pertempuran.

https://p.dw.com/p/3RER7
Syrien Regierung Armee ARCHIV
Foto: picture-alliance/dpa/Str

Dilaporkan oleh kantor berita Syrian Arab News Agency (SANA), pasukan pemerintah Suriah telah bergerak ke arah utara untuk menghadapi serangan militer Turki.

Sementara sebagian besar dari anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF) telah mengadakan pertemuan di pangkalan udara Hmeimim Rusia, di Latakia, kata Ahmed Suleiman, politisi senior dari Partai Progresif Demokratik Kurdi di Suriah. Namun, pihak SDF memilih untuk "tidak berkomentar" menanggapi pernyataan Suleiman.

Juru bicara SDF Mustafa Bali mengatakan, kelompoknya akan mencari berbagai cara dan mempertimbangkan semua opsi yang dapat menyelamatkan mereka dari pembantaian etnis, sehubungan dengan operasi militer Turki, yang dijuluki Peace Spring, hari Minggu (13/10).

Menurut Lembaga Pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, pasukan pemerintah Suriah telah bersepakat akan melindungi kota-kota yang dikuasai Kurdi, seperti di Kobani dan Manbij.

Baca juga:Dewan Keamanan PBB Pertimbangkan Naskah Usulan AS Minta Turki Pakai Cara Diplomasi di Suriah

Reaksi Prancis terhadap ketidakstabilan situasi di Suriah

Sebelumnya, pasukan militer Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan di perbatasan kedua kota (Kobani dan Manbij), yang telah dibebaskan dari kekuasaan ISIS pada tahun 2015.

Namun, minggu lalu Presiden AS, Donald Trump membuat pengumuman yang mengejutkan, bahwa ia menarik pasukan militernya keluar dari wilayah Kurdi di Suriah, dan meninggalkan Prancis, sekutu utama AS dalam memerangi ISIS, yang mungkin berhadapan dengan tentara Turki.

Senin (14/10) pagi, Prancis mengumumkan bahwa mereka menerapkan sejumlah langkah untuk memastikan keselamatan personel militer dan sipilnya di wilayah tersebut.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah merilis pernyataan setelah mengadakan pertemuan kabinet darurat, yang menyatakan bahwa sejumlah langkah akan diambil dalam beberapa jam ke depan, untuk memastikan keamanan militer Prancis dan warga sipil yang berada di zona itu, sebagai bagian dari aksi kemanusiaan dan koalisi internasional dalam memerangi Islamic State.

Turki menguasai kota perbatasan

Pihak Turki mengatakan bahwa serangan mereka ke Suriah pada Minggu (13/10) adalah bentuk perlindungan diri dari "teroris," sebagaimana Turki menyebut anggota Pasukan Perlindungan Rakyat Kurdi, yang berasal dari SDF.

Sebelumnya, lembaga pengamat hak asasi SOHR melaporkan bahwa setidaknya sembilan orang, termasuk lima warga sipil, tewas dalam serangan udara Turki hari Minggu.

Serangan udara tersebut menghantam barisan konvoi yang membawa demonstran anti-Turki, warga dan wartawan, saat hendak mendekati Ras al-Ayn, kota perbatasan di Suriah yang kini berada di bawah kendali Turki.

SOHR menambahkan, Pasukan Turki juga bergerak ke pusat kota di perbatasan lain, seperti Tal Abyad, dan telah mendapat "kendali penuh atas wilayah itu".

Serangan Turki yang telah dijalankan sejak minggu lalu diberitakan telah menewaskan sedikitnya 10 warga sipil, belasan pasukan Kurdi dan beberapa tentara Turki. Sementara, ratusan simpatisan ISIS dibebaskan, karena pasukan Kurdi tengah fokus berjaga di wilayah mereka. PBB memperkirakan bahwa lebih dari 100.000 orang harus mengungsi dari rumah mereka di kawasan pertempuran. pkp/hp ((rtr, afp, ap)