1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Sebuah Kemarahan

21 September 2012

Hingga kini kemarahan masih berlanjut di dunia Islam terkait "Innocence of Muslims". Kemarahan yang sebagian besar salah sasaran.

https://p.dw.com/p/16CLC
Foto: dapd

Hanya perlu sebuah film untuk memancing umat Islam di seluruh dunia bangkit dan marah. Dari Islamabad hingga Jakarta, ekpresi kemarahan meluap karena film „Innocence of Muslims“.

Apakah kemarahan itu pantas dan tepat sasaran?

Kemarahan umat Islam dunia tertuju kepada Amerika, negara asal Basseley Nakoula alias Sam Bacile, pembuat film yang dianggap menghina Nabi Muhamad.

Kecaman dan kutukan dari Presiden Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton atas “Innocence of Muslims” rupanya tidak cukup meredakan amarah.

Di seluruh dunia, puluhan nyawa melayang karena demonstrasi yang disertai kekerasan dan perusakan.

Menjadi ironi karena kemarahan atas film “Innocence…” berakar pada sikap naif. Mereka yang mengamuk itu sebagian besar tidak mengerti bahwa pemerintah Amerika tidak ada kaitannya dengan sang pembuat film dan karena itu tidak pantas menjadi sasaran.

Bisa jadi reaksi seperti inilah yang memang diinginkan oleh pembuat film, untuk membuktikan bahwa umat Islam pemarah dan gampang melakukan kekerasan.

Kemarahan tidak akan membuat agama menjadi lebih dihormati. Islam dan Nabi Muhamad tidak akan berkurang kebesarannya karena “Innocence of Muslims.”

Sejarah menunjukkan bahwa kejayaan Islam terjadi pada masa ketika rasionalitas dan kemanusiaan dimuliakan.

Kebesaran Andalusia dibangun bukan dengan wajah Islam yang marah. Ia justru menjadi besar karena mengedepankan akal dan memanusiakan manusia.

Hari-hari belakangan ini, kata-kata almarhum Gus Dur menjadi penting: Kita ingin Islam yang ramah, bukan Islam yang marah.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk