1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hasil Pemilu Mesir Picu Kerusuhan

29 Mei 2012

Kandidat Ikhwanul Muslimin dan bekas perdana menteri era Mubarak akan bersaing jadi presiden. Hasil pemilu yang tidak memuaskan sebagian warga Mesir.

https://p.dw.com/p/153hC
Foto: Reuters

Kerusuhan terjadi Senin (28/5) malam waktu setempat. Tidak lama setelah komisi pemilu mengumumkan hasil, ratusan pendukung kandidat sayap kiri Hamdeen Sabahi berkumpul di Lapangan Tahrir menyerukan slogan yang menentang kehadiran wakil militer, Ahmed Shafiq dan Mohammed Morsi. Hal senada juga terjadi di kota pelabuhan Alexandria, dimana beberapa pemrotes merobek poster besar Shafiq.

Sementara itu, ratusan orang menyerbu markas utama kampanye mantan perdana menteri Ahmed Shafiq di Kairo. Mereka memecahkan jendela, membuang papan kampanye, merobek poster, dan membakar gedung tersebut. Menurut berita terakhir, tidak ada pihak yang terluka dalam insiden tersebut.

Shafiq dipandang sebagai penerus rezim Mubarak. Keharusan untuk memilih Morsi atau Shafiq sebagai presiden Mesir seperti cerminan konflik antara Mubarak dan kelompok Islamis yang ia penjarakan selama ia berkuasa. Morsi yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat mengatakan, siap menjadi "presiden bagi semua warga Mesir". Kalimat ini ditujukan kepada umat Kristen yang minoritas dan memberikan suara mereka bagi Shafiq. Morsi juga berjanji untuk mewujudkan tujuan revolusi dan membentuk pemerintah kesatuan nasional.

Proteste Kairo, Wahlergebnis, Ägypten, Schafik
Para pemrotes hasil pemilu di KairoFoto: Reuters

Kandidat Ikhwanul Muslimin, Mohammed Morsi, akan berhadapan langsung dengan Shafiq dalam pemilihan putaran kedua 16-17 Juni mendatang. Keduanya adalah peraih suara terbanyak dalam putaran pertama pemilihan. Ketua komisi pemilu Farouq Sultan mengatakan, Morsi sedikit unggul dengan 5,8 juta suara atau hampir 25 persen. Sementara Shafiq 5,5 juta suara, atau sekitar 24 persen. Peringkat ketiga diduduki kandidat sayap kiri Hamdeen Sabahi dengan 4,8 juta suara atau 21 persen.

Menurut para pengamat pemilu, untuk meraih jumlah suara yang diperlukan, Ikhwanul Muslim harus mengurangi retorika keagamaannya dan menawarkan konsesi yang lebih luas, seperti melindungi hak untuk protes dan mogok. Tidak ada dari 13 kandidat diharapkan bisa mencapai lebih dari 50 persen suara yang dibutuhkan untuk langsung menang. Namun, hasil yang dicapai Morsi cukup mengejutkan. Karena sebelumnya ia dianggap sebagai kandidat lemah dan popularitas Ikhwanul Muslimin akhir-akhir ini menurun karena melakukan serangkaian langkah yang tidak ideal.

vlz (ap, afp)