1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hasil Sementara Pemilu Afghanistan: Karzai Unggul Tipis

25 Agustus 2009

Menurut hasil sementara pemilu di Afghanistan, presiden saat ini Hamid Karzai memimpin pengumpulan suara. Namun Karzai hanya unggul tipis dari penantang utamanya, bekas Menteri Luar Negeri Afghanistan Abdullah Abdullah.

https://p.dw.com/p/JIKQ
Poster Hamid Karsai saat kampanye pemiluFoto: AP

Komisi pemilihan umum Afghanistan mengumumkan hasil perolehan suara. Namun pengumuman yang digelar Kamis (20/08) pekan lalu itu dilakukan secara bertahap dan informasi keluar sedikit demi sedikit. Selasa kemarin (25/08) komisi mengeluarkan angka pertama. Hasil sementara menunjukkan, presiden Afghanistan saat ini Hamid Karzai meraup suara terbanyak, meski hanya tipis. Menurut keterangan resmi, Karzai cuma berhasil mengumpulkan suara sekitar 41 persen, sedangkan penantang utamanya mantan Menteri Luar Negeri Abdullah Abdullah mengantongi 39 persen. Tapi baru sekitar 525.000 suara yang telah dihitung. Komisi Pemilu menyatakan, itu hanya 10 persen dari keseluruhan suara. Kepala komis Daoud Ali Najafi mengutarakan: "Presiden Hamid Karzai: 219.927 suara. Dr. Abdullah Abdullah: 202.889 suara."

Dengan begitu hasil penghitungan pertama dari Komisi Pemilu itu tampaknya bertentangan dengan berbagai pernyataan seorang menteri dari kabinet Karsai. Ia sebelumnya mengutarakan kepada dua harian Amerika Serikat bahwa Karsai akan meraih mayoritas absolut pada pemilu putaran pertama dengan sekitar 70 persen suara. Di pihak lain penantang utama Karsai, Abdullah Abdullah pada hari-hari terakhir ini berbicara berulang kali tentang kecurangan-kecurangan pemilu.

BdT Wahlen in Afghanistan
Keledai dikerahkan untuk mengangkut kotak suaraFoto: AP

Hasil penghitungan sementara dari 21 provinsi

Kepala komisi pemilu Daoud Ali Najafi menegaskan, hasil penghitungan sementara itu didapatkan dari 21 provinsi. Ada 34 provinsi yang melaksanakan pemilu. Provinsi Helman di selatan dan Chost di tenggara misalnya tidak mengikuti pemilu.

Thomas Ruttig, wakil direktur "Afghanistan Analyst Networks" mengatakan, pengumuman hasil sementara itu penting, namun menambahkan: "10 persen ini hingga kini belum banyak mengungkapkan apa yang terjadi di sini. Ini sangat dipertimbangkan dan diduga juga disengaja supaya tidak ada pihak yang kecewa."

Hampir sama pentingnya dengan pertanyaan, siapa yang akan menjadi presiden, adalah pertanyaan menyangkut jumlah pemilih. Untuk itu memang belum ada angka yang pasti dan terpercaya. Namun para menteri pemerintahan Karsai berasumsi, sekitar lima juta warga telah memberikan suaranya. Seandainya angka itu benar, ini berarti bahwa hanya sekitar 33 persen warga yang berhak memilih, telah pergi memberikan suaranya di TPS.

Wahl Afghanistan 2009 Schlangen vor den Wahllokalen
Para perempuan antri mengikuti pemilu di KabulFoto: AP

Komisi koreksi jumlah pengikut pemilu

Hari Selasa kemarin (25/08) Komisi Pemilu Afghanistan mengoreksi jumlah warga yang berhak mengikuti pemilu menjadi 15 juta. Sebelum pemilu digelar dikatakan bahwa tercatat sekitar 17 juta warga yang dapat memilih. Menurut para pengamat koreksi angka itu membantu tingkat keikutsertaan pemilu yang lebih tinggi. Jumlah ini memainkan peranan yang sangat penting dalam penilaian kredibilitas pemilu tersebut. Yang juga penting adalah pertanyaan, apakah tuduhan kecurangan dalam pemilu dapat dibuktikan dan bagaimana beratnya kecurangan itu. Komisi yang dibentuk PBB untuk menampung keluhan-keluhan pemilu melaporkan bahwa sekitar 790 pengaduan telah diserahkan kepada komisi. Lebih dari setengah mendapat prioritas utama. Artinya, keluhan-keluhan itu mungkin saja akan mempengaruhi hasil pemilu.

Sebelum dan tepat pada hari digelarnya pemilu, kelompok Taliban menggunakan segala sarana yang ada untuk menakut-nakuti warga agar tidak meninggalkan rumahnya dan mengikuti pemilu. Menurut keterangan NATO, empat tentara dari pasukan internasional ISAF tewas terbunuh hari Selasa di selatan Afghanistan. Dengan demikian tahun 2009 ini merupakan tahun yang mencatat paling banyak korban tewas dari pasukan negara barat itu sejak Taliban dijatuhkan tahun 2001. Padahal saat ini baru bulan Agustus dan tahun belum berakhir.

Kai Küstner/Christa Saloh

Editor: Ging Ginanjar