1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Herbert Grönemeyer. Tanggungjawab sebagai Musisi

27 Maret 2011

Musik sebagai pendorong motivasi bukan untuk mengajari orang. Bagi Herbert Grönemeyer itu sebuah tanggungjawab. Bakat serta peranan di bidang sosial dan politik menjadi dasar kesuksesannya.

https://p.dw.com/p/10iES
Herbert GrönemeyerFoto: AP

Jika orang berada di sebuah ruang tamu milik kebanyakan keluarga Jerman, maka di dekat alat pemutar CD, pasti dapat terlihat album musik bertajuk Mensch atau manusia. Jika pasangan suami istri penghuni rumah itu diminta untuk menyanyikan lagu berjudul sama, mereka pasti mampu, di luar kepala. Ini sekedar gambaran kepopuleran pelantun lagu itu, Herbert Grönemeyer, di kalangan masyarakat Jerman, hasil jajak pendapat beberapa tahun silam.

Tentang Manusia

Herbert Grönemeyer - Mensch
Sampul album berjudul "Mensch" (manusia)Foto: Grönland (EMI)

"Manusia disebut manusia karena ia melupakan, menguatkan, menuturkan, tertawa, karena ia hidup. Sementara kamu telah tiada." Itulah sebagian syair lagu tersebut. November 1998, Wilhelm, saudara lelaki Herbert, meninggal akibat leukimia. Beberapa hari kemudian, istri Herbert, Anna yang menderita kanker payudara, menyusul. Herbert Gronemeyer ambruk. Mensch adalah lagu pertama yang ia tulis setelah 4 tahun vakum, dalam album berjudul sama.

Mensch adalah lagu pertama karena disiapkan sebagai single dan harus selesai lebih dulu. Kalimat pertamanya, "saat ini ya begini", tapi kelak pasti berubah. "Situasinya, saat saya menyadari, setelah ambruk tahun 1998, bahwa saya pasti bisa membuat satu album lagi, dan semangat yang bangkit itu menumbuhkan euforia," demikian Grönemeyer

Lagu itu bertahan 11 pekan di tangga lagu Jerman tahun 2002. Albumnya terjual 3,7 juta keping, tercatat sebagai album terlaris dalam sejarah musik Jerman.

Tidak Istimewa

Herbert Arthur Wiglev Clamor Grönemeyer, begitu nama lengkapnya, adalah produsen musik, penyanyi dan bintang film. Jalan panjang menuju kemashyuran dan kesuksesan, ia awali sebagai remaja yang biasa saja, juga dalam hal prestasi di sekolah. Mengenang masa sekolahnya, ia bercerita, "Duduk di kelas dan dimarahi karena semua yang dibuat salah, bodoh. Nilai pelajaran bahasa Jerman saya tidak istimewa. Saya juga bukan penyair atau pemikir yang hebat. Saya tak pernah tertarik pada sastra atau prosa."

Deutschland Musik Herbert Grönemeyer in Bochum Flash-Galerie
Grönemeyer ketika konser di stadion kota Bochum (06/06/2009)Foto: AP

Grönemeyer dibesarkan di kota Bochum. Belajar piano sejak usia 8 tahun, ketika remaja, ia memperoleh honor pertama sebagai pianis di gedung teater kota itu. Pada usia 20 tahun, ia memimpin bagian musik di gedung teater, walau ketertarikan dan kemampuannya di bidang akting membuat ia lebih dikenal sebagai pemain teater. Piringan hitam pertamanya muncul tahun 1979. Sambutan minim, juga untuk dua album berikutnya.

Sesuatu Yang Pribadi

Grönemeyer - Pk zur Bekämpfung der Armut
Grönemeyer yang aktif di bidang sosial memperkenalkan kampanye aksi internasional untuk pemberantasan kemiskinan, di mana 270 organisasi dari 60 negara ikut serta.Foto: dpa

Lima tahun kemudian, Herbert Grönemeyer meluncurkan album Bochum yang mengubah 100% hidupnya. Ia bercerita, "Padahal perusahaan rekaman saya yang sebelumnya memutus kontrak karena menganggap saya tidak berhasil. Band saya juga menilai saya gagal, dan tidak mau bermusik lagi dengan saya. Lalu saya datang ke perusahaan rekaman yang baru, dan ingin menulis sesuatu yang pribadi, saya pikir, ah saya mau menulis lagu tentang kota Bochum."

Keempat album setelah Bochum mendudukkan ia di peringkat pertama tangga lagu Jerman dan menjadikan Herbert Grönemeyer seorang superstar, sebelum ia menghilang setelah tragedi kematian saudara dan istrinya, untuk kemudian hadir kembali di panggung musik Jerman, tetap sebagai superstar.

"Saya seorang optimis, yang kadang-sadang salah sangka, tapi tetap lebih baik daripada seorang pesimis, yang selalu benar tapi toh menderita sepanjang hari. Saya sebetulnya manusia yang menikmati hidup."

Thomas Steinberg / Renata Permadi

Editor: Marjory Linardy