1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hidrogen Dianggap Sumber Energi Paling Hijau

Anna Savchuk
22 Mei 2021

Hidrogen punya peranan besar dalam melindungi iklim. Tapi selama ini produksinya tak lepas dari emisi CO2 dalam jumlah besar. Bagaimana cara produksi yang lebih baik?

https://p.dw.com/p/3tlRy
gambar menunjukkan tempat pengisian hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan
Foto: Imago Images/A. Hettrich

Hidrogen dinilai jadi sumber energi masa depan yang sangat bagus, dan akan jadi elemen penting peralihan ke energi alternatif di Eropa. 

Pengelola pelabuhan Rotterdam, juga punya ide sama untuk menggunakan hidrogen. Sehingga mereka merencanakan jaringan hidrogen bagi seluruh kompleks pelabuhan. 

Bukan itu saja, mereka bercita-cita membuat Rotterdam jadi poros internasional. Tepatnya bagi: produsi, import, dan transportasi hidrogen ke berbagai negara Eropa lainnya.

Sehijau apakah hidrogen?

Tapi apakah sebagai sumber energi hidrogen benar-benar "hijau"? Sebenarnya, hidrogen tak berwarna. Tapi untuk bisa dibedakan, hidrogen diberi warna dan nama berbeda, tergantung proses pembuatannya. Yaitu abu-abu, biru atau hijau.  

Sekarang, sebagian besar hidrogen adalah abu-abu. Hidrogen ini dibuat dari bahan bakar fosil seperti gas bumi atau batu bara, dan sangat "kotor". Dalam arti, saat diproduksi, emisi CO2 yang terlepas sangat banyak.

Hidrogen Pilar Mobilitas Masa Depan?

Hidrogen yang dinamakan Hidrogen Biru, warnanya juga abu-abu. Ini juga diperoleh dari bahan bakar fosil. Tapi emisi CO2 yang terlepas disimpan di dalam wadah khusus. Dengan begitu, jejak CO2-nya sangat sedikit. 

Hidrogen yang berasal dari air, disebut Hidrogen Hijau. Hanya inilah jenis hidrogen yang bisa disebut berkelanjutan. 

"Semua hidrogen sama, karena punya molekul H2. Tapi proses produksinya yang berbeda-beda yang jadi penentu, seberapa besar emisi gas rumah kaca dan tingkat kebersihannya.” Demikian dijelaskan ahli ekonomi energi Alexander Esser

Proses produksi hidrogen

Proses elektrolisis begini berfungsinya: air diurai menjadi oksigen dan hidrogen, dengan bantuan listrik. Tapi listrik yang digunakan, tidak selalu bersifat bebas emisi.

Hidrogen hanya bersifat berkelanjutan, jika listrik yang digunakan berasal dari energi terbarukan. Jadi misalnya energi angin atau surya. Hanya dengan cara itu, hidrogen bebas emisi CO2.

Menurut ahli ilmu ekonomi, Claudia Kemfert, hijau, ramah lingkungan dan berkelanjutan artinya: Hidrogen itu diproduksi menggunakan energi terbarukan.

Tapi bagaimana jika sebuah negara tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan Hidrogen Hijau-nya? Di Jerman, angin dan matahari tidak membangkitkan cukup energi. Jadi diperkirakan, hingga 2050 Jerman harus mengimpor sekitar 45 juta ton hidrogen.

Yang harus diperhatikan dalam hal ini: transportasi dari lokasi jauh, baik menggunakan kapal atau pipa, tidak boleh menyebabkan kerusakan tambahan bagi lingkungan.

Berkaitan dengan itu, menurut Alexander Esser, kita butuh sistem sertifikasi global, untuk bisa membuktikan, hidrogen ini dibuat dari listrik yang 'hijau'. Sistem sertifikasi seperti itu belum ada, dan kesepakatan belum tercapai.

Selain itu, biaya juga jadi rintangan dalam peralihat cepat menuju Hidrogen Hijau.

Direktur perusahaan NOW Kurt-Christoph von Knobelsdorff mengungkap, saat ini, dalam kerangka peraturan yang sedang berlaku, jika dibandingkan antara Hidrogen Hijau juga Biru, dengan energi dari fosil, hidrogen sumber energi yang sangat mahal.”

Tapi semakin banyak energi terbarukan diproduksi, semakin murah harga Hidrogen Hijau. Menurut perkiraan, hingga 2030 harganya akan turun 50%. Tapi sekarang hidrogen di Uni Eropa belum diproduksi dalam jumlah besar.

Para ahli memperkirakan: hidrogen yang biru, jadi yang CO2nya disimpan saat produksi, tetap jadi proses penting dalam beberapa tahun ke depan. (ml/yp)