1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hildegard von Bingen Juga Akui Lengkuas

Dyan Andriana Kostermans25 Agustus 2011

Hildegard von Bingen (1079-1179) adalah tokoh terkenal Jerman abad pertengahan. Ia adalah biarawati, filsafat, penulis dan ahli botani terkenal. Dan dinilai sebagai pionir kebanyakan terapi alternatif masa kini.

https://p.dw.com/p/12Mau
Hildegard von BingenFoto: picture alliance / united archives

Di masa abad pertengahan,  Hildegard von Bingen atau Hildegard dari Bingen, dikenal mengembangkan terapi pengobatan menyeluruh melawan penyakit. Biarawati Jerman itu melihat individu sebagai bagian dari kehidupan universal. Jika manusia berada dalam kondisi harmonis dengan sang pencipta dan lingkungannya, maka kondisinya sehat. Penyakit timbul, jika keharmonisan ini terganggu. Itulah filosofi kesehatan Hildegard. Namun selama ratusan tahun kumpulan resep perempuan terkenal dari kota Bingen Jerman itu terlupakan. Baru tahun 1970 seorang dokter Austria Dr. Gottfried Hertzka menemukan kembali tulisan Hildegard von Bingen. Ia mencoba sekitar 2000 resep dari kumpulan tulisan Hildegard, mempraktekkannya, serta mempublikasikannya sebagai pengobatan Hildegard.

 

Hildegard von Bingen Andalkan Khasiat Obat di Alam

Dalam tulisan yang terkumpul menjadi 9 jilid, Hildegard von Bingen menulis lebih dari 2000 bahan obat yang dapat ditemukan di alam, memaparkan cara penggunaannya, dan khasiatnya. Selain bahan obat dari tanaman, Hildegard juga menyebut batu-batuan, mineral, logam dan hewan.

Selada air untuk mengatasi demam mengandung glykosid, yang memiliki daya antibakteri. Sementara spelta yakni, sejenis gandum yang banyak tumbuh di selatan Eropa adalah tanaman obat klasik dalam pengobatan Hildegard. Spelta yang nama latinnya triticum spelta tidak hanya bagus untuk pencernaan.  "Gandum spelta menimbulkan suasana hati yang gembira. Orang dapat membuktikannya. Spelta mengandung kadar triptophan yang tinggi. Itu satu tahapan sebelum hormon bahagia serotonin dilepaskan ke tubuh. Itu yang menarik dari bahan pangan. Tidak pernah bahan pangan hanya menyangkut urusan badan."

Demikian dikatakan Jutta Prinz, seorang pakar kesehatan di Jerman yang mengobati pasiennya dengan pengobatan alami. Jutta Prinz menawarkan terapi pengobatan alami secara Hildegard von Bingen. Salah satunya adalah terapi lintah, untuk menghisap darah. Menurut pengobatan Hildegard, enam hari setelah bulan purnama adalah saat yang tepat agar pengambilan darah memiliki khasiat penyembuhannya, mengatasi radang dan memperkuat daya tahan tubuh. Jutta Prinz mengakhiri terapi lintah itu, jika darah yang bewarna gelap warnanya berubah menjadi lebih muda. Salah satu pasien yang menjalani terapi lintah adalah pegawai bank Angela Buchholz

"Setelah terapi lintah pertama, sungguh luar biasa. Badan saya terasa seperti mengirim rasa bahagia kepada saya. Saya merasa benar-benar bugar dan sesudahnya merasa bahagia, ceria. Saya merasa sangat baik.“

Pengobatan Hildegard Mulai Diterapkan di RS Modern

Memang pembuktian ilmiah untuk pengobatan secara Hildegard belum ada. Namun obat herbal dari Hildegard yang lulus pengujian berdasarkan pedoman peraturan, boleh dijual di apotik sebagai phytopharmaka.

Kini mekanisme khasiat masing-masing bahan obat  yang ditulis Hildegard von Bingen dapat diselidiki. Dan banyak khasiat terapi pengobatan Hildegard dapat dibuktikan. Misalnya lengkuas, yang nama latinnya Alpina officinarum terbukti memiliki pengaruh meredakan kejang dalam kasus angina-pectoris atau angin duduk. Badan Kesehatan Jerman pun mengakui khasiat lengkuas dan menggolongkannya sebagai tanaman obat.

Pengobatan abad pertengahan Hildegard von Bingen juga mulai mendapat akses ke rumah sakit modern. Hanns Schmidramsl dari Rumah Sakit untuk pengobatan alami di München mengatakan, terapi berdasarkan pengobatan Hildegard diterapkan di beberapa bagian rumah sakit. Misalnya penggunaan lengkuas pada terapi jantung demikian pula pembuangan darah atau terapi lintah yang dianjurkan Hildegard von Bingen untuk mengatasi radang.

Dyan Kostermans/DW/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk