1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hisbollah

15 Juli 2006

Dengan penculikan kedua tentara Israel tiga hari lalu, milisi Syiah Hisbollah mengirimkan sinyal kuat sekaligus membentuk spiral kekerasan yang baru.

https://p.dw.com/p/CPDK
Syeikh Hassan Nasrallah
Syeikh Hassan NasrallahFoto: AP

Hanya dengan pertukaran tahanan kedua serdadu yang diculik dapat bebas, demikian dinyatakan pimpinan Hisbollah Syekh Hassan Nasrallah. Sejak lama ia mengumumkan akan menangkap tentara Israel untuk memungkinkan pertukaran tahanan. Perwujudan janji tersebut akan mengangkat citra Hisbollah di mata para pendukungnya.

Di negara asalnya Hisbollah bukan pasukan teror – justru sebaliknya. Bahkan organisasi di Libanon itu membuka sekolah dan rumah sakit, dimana misalnya korban ranjau darat dirawat secara cuma-cuma. Selain itu Hisbollah yang dikenal dengan nama Partai Allah, baru-baru ini bahkan duduk di pemerintahan Libanon.

Wakil Sekretaris Jenderal Nahim Kassim menyebutkan, Hisbollah adalah sebuah partai sosial politik yang juga merupakan prinsipnya dan menginginkan kesejahteraan Libanon. Oleh sebab itu partai ini juga bertujuan memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi Libanon.

Meskipun demikian Hisbollah tidak hanya bertujuan sosial dan politik. Mereka juga beritikad meniadakan negara Israel. Dan untuk itu mereka membiayai militer yang diperlengkapi dengan 5000 pejuang dan 10.000 tentara cadangan. Akar organisasi tersebut berasal dari perlawanan terhadap musuh utama Israel. Hisbollah dibentuk sebagai reaksi atas pendudukan kedua kalinya Libanon Selatan oleh pasukan Israel tahun 1982.

Hanya tiga tahun sebelumnya revolusi Ayatollah Khomeini menggulingkan Syah Iran dan mengambil alih kekuasaan di negara itu. Sebuah kemenangan, yang menjadi gagasan kelompok Syiah di Libanon. Memang kelompok Syiah bukan mayoritas penduduk, tapi merupakan yang terbesar dari 18 kelompok agama yang diakui. Mereka hidup di pemukiman kumuh di Beirut dan desa-desa miskin di Selatan. Justru di sinilah Hisbollah dapat banyak melakukan kerja sosial dan merekrut para pejuang.

Syekh Hassan Nasrallah adalah Sekretaris Jenderal Hisbollah sejak Israel membunuh pendahulunya Abbas Mussawi sekeluarga, tahun 1992. Di tahun itu juga terjadi serangan terhadap kedutaan besar Israel di Argentina dan di Arab Saudi, yang diduga dilakukan Hisbollah. Dan pihak Amerika Serikat menganggapnya sebagai organisasi teror. Selain itu Hisbollah juga dituduh mendidik para pejuang Palestina di kampnya di Libanon. Nasrallah menganggap datangya tuduhan tersebut karena perjuangan Hisbollah dilakukan melawan Negara Israel. Hal itu bukanlah teror melainkan perlawanan.

Hisbollah memandang penarikan diri Israel dari Libanon enam tahun yang lalu sebagai keberhasilan terbesar militer politiknya. Sekarang mungkin Hisbollah dapat kegagalan terbesarnya, karena musuh utamanya itu kembali lagi dan melakukan provokasi perang baru di Libanon.