1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gay Yang Jadi Panutan

Ronny Blaschke10 Januari 2014

Itu tabu terakhir dalam persepakbolaan profesional Jerman: homoseksual. Apakah dengan "coming out" yang dilakukan Hitzlsperger, ia mengumumkan akhir sifat kejantanan dan homofobia di sepak bola?

https://p.dw.com/p/1AnwP
Foto: picture-alliance/AP

Jerman mencari pemain sepak bola homoseksual. Sebuah "casting show" dengan judul itu pernah diadakan di Jerman selama lebih dari delapan tahun. Dulu --ketika masih terbit-- pada bulan Desember 2006, majalah sepak bola Rund memulai perdebatan mengenainya. Majalah itu tampil dengan edisi yang berjudul "salah seorang pemain profesional homoseksual.“ Sejak itu timbul banyak spekulasi dan perkiraan tentang pemain dengan orientasi seksual tersebut.

Beberapa kalangan menganggap homoseksualitas lebih rendah derajatnya daripada heteroseksualitas. Mantan pemain nasional Thomas Hitzlsperger kini membuka kembali perdebatan itu. Ia mempersiapkan diri dengan baik dalam wawancara dengan media terkenal Jerman, die Zeit. Hitzlsperger yang berusia 31 tahun memulai diskusi, apakah fans, klub sepak bola dan media akan menerima realita ini?

Rasa Hormat dari Berbagai Kalangan

Thomas Hitzlsperger mendapat pujian dari berbagai pihak. Dunia sepak bola bisa menunjukkan dirinya sebagai liberal. Tapi apa konsekuensi "coming out" tersebut? Apa itu akan berakhir pada pemujaan baginya? Atau apakah atlet, klub sepak bolah dan ikatan akan menggunakan perhatian yang timbul sekarang untuk mempertanyakan struktur yang selama ini berlaku dalam sepak bola? Norma prestasi yang berlaku selama ini bagi pemain sepak bola adalah: pria jantan, heteroseksual dan berkulit putih. Sementara kaum homoseksual dianggap tidak sepenuhnya cocok dengan pandangan klise semacam itu, yang ada di kepala banyak orang. Pria gay kerap dianggap pria lemah.

Hitzlsperger memberikan pernyataan itu setelah akhir karirnya. Keputusan itu penting. Tetapi jika itu ditempatkan sebagai awal perubahan dalam sejarah olah raga, bisa mengubah inti permasalahannya. Berikut tiga contoh: Pada tahun 2008 pelatih klub sepak bola Jerman Christoph Daum secara tidak langsung menempatkan homoseksualitas setara dengan pedofilia.

Sedangkan tahun 2011 sebuah edisi film seri kriminal Tatort, mengambil topik pemain sepak bola yang gay. Setelah film itu ditayangkan, manajer tim nasional Jerman Oliver Bierhoff mengomentari kata-kata protagonis dalam cerita dengan menyebut homoseksualitas sebagai "serangan terhadap keluarga dan tim nasional." Sementara berkaitan dengan Piala Dunia 2022, tuan rumah Katar melarang homoseksualitas, Kepala Ikatan Sepak Bola Internasional (FIFA) Sepp Blatter mengatakan, kaum homoseksual harus menghentikan segala aktivitas seksualnya.

Daum, Bierhoff dan Blatter mencerminkan perasaan tidak suka yang menyebar luas, di balik kata-kata yang tampak tidak berarti. Jika komentar mereka diarahkan terhadap orang berkulit hitam atau orang Yahudi, teriakan protes dari masyarakat pasti sangat kencang. Pertandingan sering dihentikan akibat rasisme, tetapi belum pernah akibat diskriminasi terhadap kaum homoseksual. Apa "coming out" ini akan mengubah sesuatu?

"Homoseksualitas Diabaikan dalam Sepak Bola"

Dalam studi jangka panjang tentang perasaan benci terhadap kelompok tertentu, yang diadakan Universitas Bielefeld, seperempat responden dari yang berpartisispasi dalam studi itu menyatakan: menjijikkan jika pasangan homoseksual berciuman di depan umum. Di stadion sepak bola, perasaan benci terhadap gay bisa cepat berubah menjadi tindakan. Yayasan Magnus Hirschfeld di Berlin, yang diberi nama sesuai peneliti seksual Jerman dan aktivis anti homofobia, kini berusaha melunakkan gambaran klise pada generasi muda sepak bola dengan konsep penyuluhan.

Ikatan Sepak Bola Jerman juga menerbitkan brosur tentang topik ini pertengahan 2013. Kini mereka bisa mengaitkan konsep itu dengan kasus Hitzlperger. Dalam wawancara dengan die Zeit, mantan pemain tim nasional itu mengatakan, bahwa homoseksualitas diabaikan dalam sepak bola. Sekarang ia bisa membantu meningkatkan minat remaja pada masalah ini.

Banyak kampanye melawan homofobia hanya berlangsung di kalangan kecil, dan kerap ditentang atlet profesional. Ikatan olah raga kaum homoseksual pertama di Eropa berdiri di Köln tahun 1980, namanya SC Janus. Sekarang di Jerman jumlahnya sudah lebih dari 50. Klub penggemar sepak bola yang homoseksual berusaha menggalakkan penerimaan oleh masyarakat. Itu juga jadi upaya untuk mengakhiri upaya pencarian atlet profesional yang homoseksual.

Berkat Thomas Hitzlsperger mereka kini berniat memperluas aksi. Ikatan Sepak Bola Jerman (DFB) dan ikatan Olah Raga Olimpiade Jerman menyatakan dukungannya bagi Hitzlsperger. Sejauh mana situasi akan berubah? Tanggal 7 Februari mendatang, Olimpiade Musim Dingin di Sochi akan dimulai. Di sana homoseksualitas diancam dengan hukuman oleh negara.