1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

HRW Pertanyakan Kematian Gaddafi

17 Oktober 2012

Human Rights Watch (HRW) menuding milisi Libya membantai puluhan pendukung mantan diktator Muammar Gaddafi. Laporan HRW juga mempertanyakan kronologi tewasnya Gaddafi.

https://p.dw.com/p/16ROa
Foto: dapd

Organisasi non-pemerintah yang berbasis di New York tersebut mengungkapkan hari Rabu (17/10) bahwa muncul bukti baru yang menunjukkan keterlibatan milisi Libya dalam eksekusi massal terhadap para suporter Muammar Gaddafi usai penangkapan dan tewasnya mantan orang nomor satu itu Oktober lalu.

Mutassim Gaddafi di Moskow tahun 2009
Mutassim Gaddafi di Moskow tahun 2009Foto: picture-alliance/dpa

"Bukti menunjukkan bahwa milisi oposisi secara keseluruhan mengeksekusi sedikitnya 66 anggota konvoi Gaddafi yang ditangkap di Sirte," yang juga kampung halaman Gaddafi, jelas Peter Bouckaert, salah satu direktur dari Human Rights Watch (HRW).

Mengacu pada salah satu anak laki-laki Gaddafi, Bouckaert mengatakan: "Tampaknya mereka juga menculik Mutassim Gaddafi yang saat itu terluka ke kota pelabuhan Misrata, dan membunuhnya di sana."

Pernyataannya itu berbarengan dengan rilis laporan HRW yang diberi judul "Kematian Seorang Diktator: Pembalasan Berdarah di Sirte."

Gaddafi tewas dalam baku tembak?

Temuan HRW juga mempertanyakan pernyataan resmi mengenai kematian Gaddafi. Pemerintah Libya bersikeras mantan orang kuat tersebut terbunuh dalam baku tembak.

"Temuan kami sekaligus mempertanyakan pernyataan pemerintah Libya bahwa Muammar Gaddafi terbunuh dalam baku tembak, dan bukan setelah ditangkap," ujar Bouckaert.

Laporan HRW yang tebalnya 50 halaman didasarkan pada bukti video dari telpon genggam yang direkam oleh kaum pemberontak, serta wawancara dengan pemberontak dan anggota konvoi Gaddafi yang selamat.

HRW menegaskan sudah berulang kali menyerukan kepada pemerintah Libya untuk menyelidiki insiden yang menurut organisasi HAM itu tergolong ke dalam kejahatan perang. Namun hingga kini belum ada jawaban.

"Salah satu tantangan terbesar bagi Libya adalah untuk mengendalikan milisi bersenjata dan mengakhiri kesewenang-wenangan mereka. Langkah pertama yang baik adalah menginvestigasi eksekusi massal pada tanggal 20 Oktober 2011, perbuatan sewenang-wenang paling parah dari pasukan oposisi yang berhasil terdokumentasi," tegas Bouckaert.

cp/ab (Reuters, AFP, DW)