1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120711 USA Pakistan

12 Juli 2011

Washington menangguhkan bantuan militer senilai 800 juta Dolar bagi Islamabad. Akan tetapi, dalam perang melawan terorisme di kawasan tsb, AS tetap sangat tergantung bantuan Pakistan.

https://p.dw.com/p/11tSw
Pos pengawasan di Pakistan ke perbatasan Afghanistan, yang merupakan titik rawan serangan kelompok militan.Foto: picture-alliance/dpa

Kepercayaan timbal balik antara Washington dan Islamabad semakin memudar. Hubungan semakin membeku, terutama sejak terbunuhnya gembong jaringan teror Al Qaida, Osama bin Laden, yang bersembunyi di Pakistan. Juga semakin banyak warga di Pakistan yang tidak lagi mempercayai AS. Di saat barat terus berusaha tidak menyerah, dan hendak meraih hati dan pikiran warga Afghanistan, di Pakistan situasinya amat berbeda. Amerika Serikat boleh disebutkan sudah sejak lama mengalami kekalahan dalam perang melawan terorisme di negara tetangga Afghanistan itu. Seorang warga di ibukota Pakistan, Islamabad menggugat :”Amerika Serikat bertanggung jawab bagi seluruh masalah di kawasan ini. Jika hendak memperbaiki hubungannya dengan Pakistan, Amerika harus menganggap kami sebagai mitra yang setara, jika tidak, situasinya tidak akan membaik.”

Sebuah jajak pendapat yang dibuat Yayasan Konrad-Adenauer dari Jerman menunjukkan, warga Pakistan melihat AS sebagai ancaman bahaya yang lebih besar bagi negaranya ketimbang bahaya teroris. Jadi mengapa harus menghamburkan uang bantuan milyaran Dolar kepada negara semacam itu? Kemungkinan itulah salah satu pertimbangan Washington, untuk membekukan bantuan militernya. Akan tetapi, tindakan tsb justru semakin memperburuk hubungan diantara mitra koalisi tsb. Bahkan ketika kepala staf gabungan militer AS, laksamana Mike Mullen menyampaikan secara resmi, bahwa pemerintah Pakistan bertanggung jawab atas penyiksaan dan kematian seorang jurnalis pengritik rezim, jurubicara pemerintah di Islamabad Firdous Ashiq Awan membantahnya : ”Kami anggap pernyataan Mike Mullen tidak bertanggung jawab dan merendahkan. Hal itu hanya membangun penghalang dalam hubungan antara Pakistan dan AS.”

Pembekuan bantuan militer, diyakini merupakan penegasan dari rasa frustrasi, menimbang militer Pakistan hanya setengah hati dalam memerangi kelompok militan. Sebab, militer Pakistan samasekali tidak menyentuh kelompok Taliban dari Afghanistan yang bersembunyi di Pakistan, yang bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan koalisi barat di Afghanistan. Diduga, perhitungan AS kini adalah, lebih sedikit bantuan uang dan lebih banyak tekanan. Pertanyaannya, apakah efek yang diharapkan akan tercapai? Pakar politik Pakistan, Ahmed Rashid berpendapat : ”Pemotongan bantuan keuangan hanya akan berdampak membatasi operasi militer. Serangan militer akan lebih sedikit dibanding sebelumnya.”

AS setiap tahunnya memberikan bantuan senilai dua milyar Dolar AS kepada militer Pakistan, untuk memerangi terorisme. Tapi dipergokinya persembunyian Osama bin Laden di Pakistan, menegaskan prakiraan dari pakar militer Aisha Siddiqa, bahwa paling tidak sebagian dari militer, secara diam-diam terus mendukung Taliban.

”Militer ini amat percaya diri, dan meyakini akan dapat terus menyetir para mullah dan kelompok militan. Mereka percaya, ini sebuah permainan, yang dapat terus mereka kendalikan,” ujar Siddiqa lebih lanjut.

Kini AS berusaha meningkatkan tekanannya terhadap Pakistan. Akan tetapi, dapat diperkirakan, tekanannya tidak dapat terus ditingkatkan. Sebab semua mengetahui, jika menyinggung perang di Afghanistan, bersama Pakistan itu akan sulit, tapi tanpa Pakistan sangat mustahil dilancarkan perangnya.

Kai Küstner/Agus Setiawan/dpa/rtr/afp

Editor : Dyan Kostermans