1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hugo Chavez

1 Desember 2006

Orang nomor satu di Venezuela yang tahu apa yang ingin didengar orang darinya.

https://p.dw.com/p/CPAg
Presiden Venezuela Hugo Chavez
Presiden Venezuela Hugo ChavezFoto: AP

Pada masa kampanye di Venezuela hampir tidak ada hari yang berlalu, di mana Hugo Chavez tidak meresmikan sesuatu. Apakah itu sekolah, tempat praktek dokter, jembatan, jalan-jalan atau pun kereta jarak dekat. Revolusi terus bergulir, demikian motonya. Dan penampilan tunggal politisi tersebut selalu merupakan hasil dari perencanaan yang matang. Hugo Chavez memang punya bakat sebagai presenter, tetapi sebagai penyanyi sepertinya ia kurang berbakat. Namun, para pendukung menyukainya, jika ia menyanyi.

Chavez populer terutama karena kepandaiannya membakar semangat khalayak ramai. Penulis biografinya, Alberto Barrera mengatakan, kemampuan tersebut yang menentukan kemenangan pemilu pertamanya tahun 1998.

"Seluruh negeri menginginkan perubahan pada tahun 1998. Dan Chavez juga mengatakan hal-hal yang benar. Dia memiliki kemampuan yang sangat besar untuk dapat merasakan apa yang hendak didengar orang lain. Dengan demikian dia berhasil membuat lawannya sendiri mengatakan bahwa dia memang benar. Chavez adalah emosi.“

Pada saat kampanye, warna merah selalu terlihat. Pendukung Chavez mengenakan kaos dan topi berwarna merah yang merupakan warna revolusi. Seperti Doralia Ordaz dari kawasan miskin El Valley yang turut menghadiri peresmian sebuah kereta jarak dekat.

"Kami akan kembali memilihnya. Chavez adalah satu-satunya presiden yang peduli rakyat miskin dan yang tidak mengucilkan kami. Dia mempergunakan kekayaan minyak demi kepentingan kesehatan rakyat dan pendidikan.“

Tiga tahun yang lalu, menyusul tiga pemogokan umum dan sebuah percobaan kudeta yang gagal, Chavez melancarkan aksi yang ia sebut sebagai "misi“. Kementrian Luar Negeri Venezuela mengatakan, misi tersebut meliputi pengadaan pangan, keamanan, pendidikan dan layanan kesehatan untuk semua warga. Dikatakan bahwa warga akan memperoleh yang sebelumnya selama 40 tahun tidak diberikan kepada mereka. Dan uang minyak bumi akan mengalir langsung ke proyek-proyek sosial. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Demikian dikemukakan Oramaika Espinoza dari Kementrian Luar Negeri.

Selain itu, misi Barrio Adentro juga adalah salah satu proyek kebanggaan pemerintah Chavez yang terutama memperhatikan jaminan layanan medis bagi masyarakat miskin. Misi ini merupakan realisasi kemitraan dengan Kuba. Hingga kini Kuba mengirimkan 18.000 dokter ke Venezuela. Sebagai imbalannya Venezuela mengirimkan minyak sejumlah 100.000 barrel setiap hari ke Kuba.

Sektor pendidikan juga merupakan target proyek pemerintahan Chavez yang menginginkan pendidikan gratis untuk masyarakat miskin. Menurut pemerintah, saat ini Venezuela bebas buta huruf. Proyek lain yang dinilai sebagai paling berhasil adalah yang dinamakan "Bisnis Mercal“. Yang dimaksudkan adalah sejumlah pasar swalayan khusus tempat orang-orang dapat membeli bahan pangan dasar dengan harga 40 persen lebih murah dari di tempat lain.

Namun, Friedrich Welsch, seorang profesor di Universitas Simon-Bolivar, Caracas mengatakan: "Politik kesehatan dan pendidikan semacam itu termasuk proyek ambisi pemerintahan Chavez. Tetapi keduanya tidak efisien dan tidak efektif. Keampuhannya diragukan dan juga efisiensi pendanaannya. Itu dapat disebut sebagai hadiah besar yang hanya diberikan untuk mendapatkan loyalitas.“

Ttidak semua orang mengagumi Chavez. Dan kemajuan besar yang dielu-elukan tidak dirasakan oleh semua orang. Menurut angka resmi pemerintah, semenjak tahun 1999, indeks kemiskinan turun dari 50 menjadi 30 persen. Tetapi Venezuela masih tetap saja termasuk salah satu negara yang paling korup di dunia dengan kriminalitas tidak terkendali.

Hal ini membawa keuntungan bagi pihak oposisi. Dan dalam masa kampanye, kandidat presiden, gubernur negara bagian Zulia, Manuel Rosales, lebih sukses daripada yang diduga sebelumnya. Namun, banyak orang yang takut akan mendapat tekanan jika tidak memilih Chavez. Dan dikhawatirkan bahwa sekitar 20 hingga 30 persen pemilih tidak akan memberikan suaranya, padahal itu merupakan jumlah menentukan untuk masa depan Venezuela.