1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IAEA Bahas Sanksi Terhadap Iran

27 November 2009

Menjelang penyerahan jabatannya, Direktur IAEA Mohammed El Baradei mengritik pedas sikap membatu Teheran dalam konflik nuklir. Dewan Gubernur IAEA kini sedang membahas kemungkinan penjatuhan sanksi bagi Iran.

https://p.dw.com/p/Khdf
Direktur IAEA Mohammed el Baradei yang akan segera turun jabatan. Posisinya akan digantikan oleh diplomat Jepang Yukia Amano.Foto: AP

Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohammed el Baradei mengritik sikap membatu Teheran dalam konflik seputar program nuklirnya. Bahwa negara tersebut memblokir tawaran kompromi yang diajukan oleh Dewan Keamanan PBB, merupakan langkah yang "mengecewakan," begitu tandas el Baradei di hadapan Dewan Gubernur IAEA hari Kamis (27/11).

Dewan tersebut kini sedang membahas resolusi mengenai Iran. Menurut lingkaran dalam, terdapat peluang besar bahwa rancangan resolusi itu akan diterima oleh sebagian besar dari 35 negara anggota Dewan. Resolusi ini akan menjadi putusan pertama yang dikeluarkan IAEA terhadap Iran sejak nyaris empat tahun.

El-Baradei sendiri tetap berupaya mengkampanyekan kompromi yang mengizinkan Teheran mengirimkan sepertiga materi uraniumnya ke luar negeri untuk diperkaya.

Kecurigaan di kedua belah pihak

Iran sebaliknya tidak bersedia mempercayakan uraniumnya ke pihak asing, atas kekhawatiran tidak akan menerima kembali uranium tersebut. Iran bersikeras, uranium yang telah diperkaya itu akan digunakan di sebuah reaktor yang memproduksi isotop untuk perawatan pasien kanker.

"Kesepakatannya cukup adil, berimbang dan menjamin Iran untuk mendapatkan kembali material itu. Saya mendesakTeheran untuk mempertimbangkan ulang kesempatan langka ini. Karena itu tidak akan berlaku selamanya," ujarnya.

Iran dicurigai sedang menjalankan program senjata nuklir secara diam-diam. Pasalnya selain untuk bidang kedokteran, uranium yang telah diperkaya itu juga bisa digunakan sebagai bahan dasar bom nuklir.

Kini Iran terancam mendapat sanksi tambahan, sesuatu yang sebenarnya ingin dihindari oleh el Baradei dengan tawaran komprominya itu."Rusia dan Amerika Serikat telah terikat untuk mematuhi perjanjian tersebut. Sejujurnya saya tidak dapat membayangkan, jaminan apa lagi yang dapat kami tawarkan," tukasnya.

Kecurigaan terhadap Teheran belakangan kian membesar, hingga memaksa IAEA, pertama kalinya sejak empat tahun, untuk merumuskan resolusi terhadap Iran. Pertemuan Dewan Gubernur IAEA tidak cuma membahas tawaran kompromi kepada Iran melainkan juga rencana Teheran yang lama dirahasikan untuk membuat instalasi pengayaan uranium di dekat kota Qom.

Teheran kehilangan dukungan

Kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman meyakini, bahwa resolusi yang berisikan sanksi baru terhadap Iran akan diterima, jika pemerintah teheran tetap membatu dan menolak tawaran pengayaan uranium di Luar Negeri hingga akhir tahun ini.

Bahwa Iran kini nyaris sendirian, tampak dari sikap Rusia dan CIna serta banyak negara ambang industri lainnya yang menyetujui sanksi bagi Teheran.

Jika mayoritas negara anggota IAEA sepakat untuk mengusulkan penjatuhkan sanksi, maka El-Baradei akan mengalami kegagalan terbesar dalam karirnya sesaat sebelum menyudahi masa jabatannya.

Menghindarkan sanksi adalah sasaran El-Baradei. Namun untuk itu ia harus menggerakkan Teheran untuk menerima kompromi, secepat mungkin."Saya ingin agar Iran tetap dirangkul. Kedua tangan telah terbuka, ini juga berlaku buat Uni Eropa dan Amerika Serikat."

Tawaran tersebut akan hangus dalam beberapa pekan. Karena Yukia Amano, bakal Direktur IAEA yang baru, harus merumuskan ulang strategi dalam menghadapi sikap membatu Teheran.

Andreas Meyer-Feist/Rizki Nugraha

Editor: Yuniman Farid