1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IAEA Desak Iran Agar Lebih Kooperatif

14 September 2012

IAEA kembali mendesak Iran agar meningkatkan kooperasi terkait pogram nuklirnya. Sementara AS menolak desakan Israel agar membuat komitmen yang dapat berujung pada peperangan.

https://p.dw.com/p/168uB
Foto: dapd

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melayangkan kritik tajam terhadap Iran lantaran dianggap tidak kooperatif. Dalam resolusi yang disusun oleh Dewan Gubernur, IAEA mengungkapkan "kekhawatiran besar" terkait program nuklir Iran dan mendesak Teheran agar bekerjasama penuh.

"Saya harap, Iran memahami pesan kami dan mau bekerjasama untuk mengatasi masalah-masalah mendasar," kata Yukia Amano, Direktur IAEA. Menurutnya, kerjasama menyeluruh merupakan "kepentingan Iran."

Resolusi IAEA diusulkan oleh lima negara anggota Dewan Keamanan PBB. Dari 35 anggota Dewan Gubernur cuma Kuba saja yang menolak, sementara Ekuador, Tunisia dan Mesir memilih abstain.

Sementara itu Presiden Amerika Serikat Barack Obama menepis desakan PM Israel Benyamin Netanyahu untuk menetapkan "garis merah", yang tidak dapat dilewati Iran terkait program nuklirnya. Dalam pembicaraan melalui telepon, Obama menegaskan Amerika Serikat tidak akan mengizinkan Iran memiliki senjata nuklir.

Namun ia juga menolak membuat komitmen apapun, seperti batas jumlah uranium atau tenggat waktu bagi negosiasi, yang dapat menjerumuskan Amerika dalam peperangan. "Garis merahnya adalah senjata nuklir," kata seorang pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya.

Israel sebaliknya menilai garansi dari Washington tidak cukup memuaskan. Pemerintah di Yerusalem juga menganggap upaya diplomatik tidak membuahkan hasil dalam memperlambat perkembangan program nuklir Iran. Begitu pula dengan sanksi berupa embargo ekonomi.

Washington kini menghadapi situasi pelik. Serangan sepihak Israel terhadap instalasi nuklir Iran akan ikut menyeret sekutu terdekatnya itu ke dalam kancah peperangan.

Hasil sebuah studi yang dibuat oleh 30 bekas diplomat dan pejabat tinggi Amerika sampai pada kesimpulan, serangan udara AS cuma akan mampu memperlambat program nuklir Iran selambatnya selama empat tahun. Untuk mematikan sepenuhnya ambisi nuklir Teheran, diperlukan operasi militer dalam skala besar yang berujung pada pendudukan.

"Kami tidak yakin serangan semacam itu akan membawa pergantian rejim atau pada kapitulasi," begitu tertulis dalam dokumen tersebut. Terlebih serangan militer cuma akan memperkuat keinginan Iran untuk membuat senjata nuklir agar dapat melindungi diri dari serangan lanjutan.

rzn/vlz (dpa/afp)