1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Alam Semesta Memiliki 'Dengung' Latar Belakang

30 Juni 2023

Temuan terabaru para astronom mengkonfirmasi eksistensi gelombang gravitasi, yang terdengar seperti dengungan pada pertemuan besar. Riak-riak dalam ruang-waktu ini dikemukakan oleh Albert Einstein lebih dari seabad lalu.

https://p.dw.com/p/4TCdP
Foto NASA mengenai luar angksa
Suara dengung tercipta dari obyek yang bergerak dan bertabrakan di luar angkasaFoto: ESA/Hubble and NASA, Dark Energy Survey, J. Dalcanton via CNP/abaca/picture alliance

Sekelompok ilmuwan internasional membuat temuan yang merupakan terobosan, yang menegaskan keberadaan gelombang gravitasi. Paparan mengenai gelombang gravitasi ini pertama kali dicetuskan oleh Albert Einstein.

Laporan yang diterbitkan pada hari Kamis (29/06) menyebutkan, para ahli astrofisika dapat "mendengar" gelombang gravitasi frekuensi rendah, yang merupakan perubahan struktur alam semesta yang tercipta oleh gerakan dan tabrakan obyek besar  di ruang angkasa.

"Ini benar-benar pertama kalinya kami memiliki bukti pergerakan berskala besar dari segala sesuatu di alam semesta," papar Maura McLaughlin, salah satu direktur NANOGrav, kolaborasi penelitian yang menerbitkan hasil penlitan dalam The Astrophysical Journal Letters.

Gelombang gravitasi ini, terdeteksi pada frekuensi rendah, menciptakan dengungan latar belakang kosmik yang menembus alam semesta. Penelitian menunjukkan, alam semesta dipenuhi dengan gelombang ini, yang melakukan osilasi dalam waktu sangat lama, dan terutama berasal dari pasangan lubang hitam supermasif yang berputar dalam bentuk spiral dan saling melebur.

Mengukuhkan teori Einstein

Einstein awalnya mencetuskan teori keberadaan gelombang gravitasi, atau riak dalam ruang-waktu, pada tahun 1916 sebagai perpanjangan dari teori relativitas umum revolusionernya. Teori Einstein yang terkenal itu menggambarkan gravitasi sebagai distorsi ruang dan waktu yang disebabkan oleh materi.

Namun, baru pada pada tahun 2016 para ilmuwan berhasil mendeteksi gelombang ini secara langsung, mengandalkan bukti tidak langsung sejak medio 1970-an.

Penelitian terbaru terutama fokus pada pulsar, yang merupakan sisa-sisa ledakan bintang yang sangat padat dan berpusar dengan kecepatan luar biasa.

"Gelombang gravitasi dicipatakan oleh obyek astronomis dengan massa sangat padat di alam semesta kita, biasanya dalam gerakan khas mengorbit satu sama lain. Saat gelombang ini bergerak melewati alam semesta, mereka secara fisik meregangkan dan memampatkan jalinan ruang-waktu itu sendiri," ujar Jeff Hazboun, seorang astrofisikawan dari Oregon State Universitas dan penulis utama salah satu makalah yang diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters kepada kantor berita Reuters.

Data untuk laporan terbaru dikumpulkan oleh North American Nanohertz Observatory for Gravitational Waves (NANOGrav) Physics Frontiers Center, yang terdiri lebih dari 190 ilmuwan dari Amerika Serikat dan Kanada, dalam periode 15 tahun.

Gelombang gravitasi terdengar seperti dengung

Para ilmuwan menyamakan latar belakang gelombang gravitasi alam semesta dengan dengungan dalam sebuah pertemuan besar, di mana suara individu tidak bisa lagi dibedakan.

Penemuan ini terjadi tujuh tahun setelah deteksi awal gelombang gravitasi yang dihasilkan oleh dua lubang hitam yang sangat jauh, yang merupakan obyek supermasif dengan gravitasi yang sangat kuat sehingga cahaya sekalipun tidak dapat lolos keluar.

Gerakan lubang hitam dan obyek kosmik masif lainnya dapat menghasilkan gelombang gravitasi ini. Penelitian sebelumnya dilakukan dengan menggunakan Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO).

"Kami sekarang memiliki bukti kuat tentang dengungan gelombang gravitasi dalam rentang frekuensi baru. Frekuensi ini secara signifikan lebih kecil, sekitar 10-12 kali lebih kecil, dibandingkan dengan ukuran yang terdeteksi oleh LIGO, dan mereka memiliki panjang gelombang yang mencakup tahun cahaya", kata Hazboun menambahkan,

Dia lebih lanjut mengatakan, "Penjelasan paling langsung untuk gelombang gravitasi ini melibatkan kumpulan pasangan lubang hitam supermasif yang mengorbit satu sama lain di lingkungan kosmik tetangga kita. Namun, penjelasan alternatif dapat melibatkan fisika baru yang menarik, terkait dengan tahap awal alam semesta, dekat Dentuman Besar, kurang lebih 13,8 miliar tahun yang lalu."

rs/as(AFP, AP, Reuters)