1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ilmuwan Kembangkan Detektor Alien

30 Desember 2014

Sebuah terobosan membuka prespektif baru dalam mencari kehidupan di luar angkasa. Sekelompok ilmuwan Eropa mengembangkan piranti yang mampu mendeteksi gerakan alien di planet lain.

https://p.dw.com/p/1ED7E
Neue Modellrechnung zur Entwicklung des Universums
Foto: picture-alliance/dpa/Illustris Collaboration

Menemukan kehidupan di luar Bumi adalah ambisi setiap astronom. Namun yang dicari bukan kehidupan cerdas layaknya manusia, melainkan pada level bakteri atau sejenisnya. Kini peneliti Eropa mengklaim berhasil memproduksi sensor gerakan berukuran super kecil yang bisa mendeteksi kehidupan mikroskopik di planet lain.

Selama ini ilmuwan berupaya menemukan kehidupan ekstraterrestrial dengan cara mendengarkan suara yang datang dari kejauhan. Mereka juga memindai langit dengan teleskop dan mengirimkan robot dan rover yang bisa menganalisa jejak kimiawi dari planet atau benda langit lainnya.

Namun peneliti di Swiss dan Belgia mengembangkan metode baru yang disebut "jejak kehidupan universal," dengan mendeteksi getaran pada level nano yang disebabkan oleh organisme kecil. "Detektor gerakan nano membuka prespektif baru dalam mencari kehidupan lain. Hidup adalah gerakan," kata Giovanni Longo, ketua tim peneliti.

"Artinya detektor ini bisa menangkap gerakan kecil dari sebuah kehidupan atau setidaknya berkontribusi dalam mencari kehidupan lain," kata ilmuwan asal Swiss itu.

"Sensor Kehidupan"

Detektor yang dikembangkan Longo dan ilmuwan lain berukuran lebih kecil dari satu milimeter. Mereka mengujicoba piranti anyar tersebut antara lain pada bakteri E Coli, atau buat menangkap gerakan sel manusia dan tikus.

Ketika organisme hidup berada di dekat sensor, mereka "memproduksi kenaikan amplitudo". Lungo dan timnya juga mengklaim berhasil memanipulasi gerakan organisme dengan menyuntikkan nutrisi yang lantas dikonsumsi oleh sel, atau menambah zat kimia buat membunuh mereka dan menghentikan getaran.

"Detektor in bisa digunakan sebagai sensor kehidupan yang sederhana, sangat sensitif dan ringan," tulis Longo dalam laporannya. Menurut para ilmuwan, prototipe deketor pertama yang mereka kembangkan berbiaya kurang dari 10.000 US Dollar. Selain itu detektor tersebut juga sangat hemat energi dan dapat dimasukkan ke dalam kotak seukuran 20x20 Centimeter.

Longo dan timnya berniat menawarkan detektor tersebut kepada NASA atau Badan Antariksa Eropa, ESA. Menurutnya, jika piranti ini sudah tersedia ketika misi Rosetta baru dalam tahap pengembangan, maka saat ini wahana pendarat Philae bisa mencari jejak kehidupan berbasis karbon.

rzn/hp