1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Imam Mesjid Merah Pakistan Bela Al Qaida

9 Juni 2011

Imam Maulana Abdul Aziz Ghazi dikenal sebagai pemimpin Mesjid Merah di Islamabad. Setelah diserang 2007 lalu, ia ditangkap. Sekarang ia kembali berkhotbah.

https://p.dw.com/p/11Xeo
Mesjid Merah di PakistanFoto: AP

Sementara di balik pintu tertutup madrasah ratusan anak perempuan mencoba berkonsentrasi membaca Al Quran, terdengar suara gergaji dari luar. Ruang kelas baru tengah dibangun agar bisa lebih banyak anak perempuan yang belajar disana. Maulana Abdul Aziz Ghazi menjelaskan : "Ada 5000 murid yang tengah menjalani pendidikan agama bersama kami. Kami membangun sekolah baru dan memperbesar yang sudah ada."

Salah satu imam Mesjid Merah ini sepertinya tidak bermasalah dengan madrasahnya. Padahal dua tahun yang lalu ia masih mendekam di penjara. Sesekali, pemerintah memang mencoba mencegah kegiatannya di hadapan publik. Tetapi pada dasarnya Ghazi menikmati kebebasan untuk menyampaikan pesannya. "Impian kami adalah menerapkan sistem Islam di Pakistan. Jika ada pemilik kekuasaan yang ingin melangkahi batasan yang ditetapkan sistem hukum syariah, maka akan terjadi konflik."

Abdul Aziz Ghazi sudah pernah mencoba menerapkan hukum Syariah dari pusat ibukota Islamabad. Konflik besar terjadi. Dari Mesjid Merah dimana Ghazi menjadi imam, murid-muridnya ingin mewujudkan apa yang mereka pelajari. Mereka ingin membersihkan kota dari sikap tidka bermoral dan menyerang toko CD dan DVD. Presiden saat itu, Pervez Musharraf, memerintahkan untuk menyerang mesjid tersebut pertengahan tahun 2007. Ternyata sebagian murid Ghazi bersenjata berat. Kini sang imam lebih berhati-hati dari sebelumnya. Ia misalnya mengatakan, bukanlah tugasnya untuk mendidik anak-anak di madrasahnya untuk mengirim mereka ke perang suci di Afghanistan bagi Taliban. Tetapi ia menambahkan : "Setiap bangsa punya hak untuk membela negaranya. Setiap kali ada negara yang diserang pasukan asing, negara itu akan membela diri. Saat Amerika Serikat menyerang Vietnam, mereka juga tidak menyambut Amerika. Mereka membela diri. Baik di Afghanistan atau Irak, warga Muslim punya hak untuk membela diri dari militer asing."

Sebagian dari pernyataan Ghazi menunjukkan bahwa ia mendukung teori : Amerika Serikat menyatakan perang terhadap kaum Muslim di Afghanistan, irak dan juga Libya. Bukanlah kejutan, bahwa baginya Al Qaida menyebarkan pemikiran yang benar. "Mereka mengatakan, negara Muslim harus mengambil keputusan sendiri. Tidak ada negara yang bisa datang seenaknya, menyerang dan memaksakan pemikirannya. Selain beberapa hal kecil, pola pikir Al Qaida tidak bermasalah."

Saat ia berbicara tentang organisasi teror, Abdul Aziz Ghazi menampilkan kesan pria yang lembut dan ramah. Ia memang tidak punya alasan untuk bersikap negatif. Bisnisnya berjalan lancar. Dulu 10 ribu murid dididiknya dan saudara laki-lakinya di masa keemasan Mesjid Merah di Pakistan. Angka ini ingin ia capai kembali.

Kai Küstner / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk