1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

BNPB Janjikan: Tahun Ini Lebih Sedikit Asap

30 Agustus 2016

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan yakin, kabut asap akibat kebakaran hutan tahun ini yang "dikirim" ke negara-negara tetangga tidak separah tahun lalu.

https://p.dw.com/p/1JsEV
Indonesien Brände Südsumatra Feuerwehr
Foto: Getty Images/AFP/A. Qodir

Kebakaran hutan tahun 2015 termasuk yang terburuk, bahkan sempat menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara Indonesia dan negara-negara tetanggnya di Asia Tenggara. Menurut perhitungan Bank Dunia, kerugian ekonomi Indonesia saat itu mencapai 16 miliar dolar AS, atau setara dengan 1,9 persen PDB.

Tapi tahun ini, Indonesia tertolong karena kondisi cuaca yang relatif lebih baik dibanding tahun lalu.

"Kami yakin tahun ini semuanya akan menjadi lebih baik," kata Sutopo Purwo Nugroho, Jurubicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Tidak ada penerbangan yang dibatalkan akibat tertutup kabut asap, sekolah-sekolah tetap masuk aktivitas masyarakat normal. Ini lebih baik dari pada tahun lalu (2015), Agustus, September, Oktober, sebagian besar Sumatera dan Kalimantan tertutup oleh asap," kata dia.

Enam provinsi di Indonesia saat ini sudah menyatakan situasi darurat, sehingga memungkinkan lembaganya untuk merespon lebih cepat dari tahun lalu, sambung Nugroho.

Indonesien Rimbo Panjan Waldbrände
Indonesia tahun ini tertolong fenomena cuaca yang relatif lebih baik dibanding 2015Foto: picture-alliance/dpa/R. Muharrman

"Pada 2015, hanya tiga provinsi menyatakan keadaan darurat, bahkan itupun terlambat. Kebakaran hutan dan lahan sudah menyebar," jelas dia.

Indonesia sering dikritik negara-negara tetangga, terutama Singapura dan Malaysia, dan para aktivis lingkungan karena dinilai gagal menghentikan kabut asap tahunan di kawasannya. Kebakaran hutan di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan.

Kementerian Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura bulan Maret lalu menyatakan, polusi pada tahun 2015 membebani perekonomian di kawasan Asia Tenggara sampai lebih dari 500 juta dolar AS.

Menurut BNPB, musim kering tahun ini terkait dengan fenomena cuaca La Nina dengan cukup banyak curah hujan sehingga membantu meredam penyebaran kebakaran hutan. Berdasarkan prakiraan cuaca, musim kemarau akan mencapai puncaknya puncak pada bulan September dan Oktober.

Indonesien Brandrodung Borneo
Kebanyakan kebakaran hutan disebabkan oleh pembakaran lahan untuk membuka perkebunanFoto: picture-alliance/dpa/B. Indahondo

"Adanya kemarau basah dan pengaruh lainnya yang menyebabkan musim kemarau tidak kering dan menyebabkan hujan atau musim hujan lebih cepat datangnya," kata Nugroho.

Konstelasi cuaca juga membantu kondisi Singapura hari Senin (29/08), setelah minggu yang lalu dilanda kabut asap dari Indonesia. Pergerakan angin sekarang mendorong kabut asap ke arah Malaysia.

Warga Malaysia bereaksi di media sosial dan mengeluhkan kualitas udara di Kuala Lumpur yang mendekati "tidak sehat". Jarak pandang terbatas dan kabut asap menyebarkan bau tak sedap..

Indonesien Waldbrände in Süd Sumatra
Enam provinsi sudah menyatakan situasi darurat kebakaran hutanFoto: Reuters/Antara/Nova Wahyudi

Presiden Indonesia Joko Widodo sudah menginstruksikan agar kebakaran hutan segera ditanggulangii. "Lebih cepat lebih baik", kata Nugroho. Tapi fenomena kebakaran hutan tidak akan bisa dihilangkan.

"Tidak mungkin menihilkan kebakaran hutan. Perilaku di level petani banyak yang melakukan pembakaran, yang dibakar sekam dan melakukan pembakaran untuk penanaman lahan baru, jadi kalau menihilkan kebakaran tidak mungkin," kata Humas BNPB itu.

Menurut data Bank Dunia, sekitar 35 persen tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian, dengan minyak kelapa sawit dan industri pulp sebagai kontributor utama. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia.

hp/rn (rtr, kompas.com)