1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Indonesia Pasar Panggilan Spam Terbesar Ketiga di Dunia

9 Desember 2019

Indonesia disebut sebagai negara penerima panggilan spam terbesar ketiga, dari 20 negara yang menerima panggilan spam sepanjang tahun 2019. Sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi teratas.

https://p.dw.com/p/3URyx
Mann mit Smartphone
Foto: Colourbox

Dalam laporan tahunan aplikasi TrueCaller berjudul “TrueCaller Insight Special Report 2019”, penyedia layanan telepon dan pemblokir spam ini menyebutkan bahwa 15 persen dari semua panggilan yang diterima pengguna aplikasi TrueCaller di Indonesia adalah panggilan sampah yang tidak diinginkan atau spam.

Indonesia menempati peringkat ketiga, sementara Brasil di posisi pertama dan disusul Peru pada posisi ke-2. Angka ini cukup mengejutkan mengingat tahun lalu Indonesia berada di posisi ke-16.

"Indonesia tidak hanya terus menjadi pasar paling banyak spam di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga telah menjadi negara ketiga terbesar di dunia. Pengguna sekarang menerima 27,9 panggilan spam per bulan," tulis TrueCaller dalam laporannya.

Pakar IT dan telematika, Abimanyu Wachjoewidajat, menjelaskan bahwa begitu banyaknya panggilan spam yang terdeteksi di Indonesia ini karena pengguna aplikasi TrueCaller telah secara sadar menandai sebuah panggilan yang tidak mereka butuhkan atau tidak mereka inginkan sebagai panggilan spam atau spam calls.

“Hal ini terjadi secara masif. Kalau kita baru ditelfonin orang satu atau dua, itu belum spam. Tapi saat si pelaku menelepon ke beberapa itu spam,” ujar Abimanyu.

Abimanyu Wachjoewidajat
Abimanyu Wachjoewidajat, pakar IT dan telematikaFoto: Privat

Ia juga melihat bahwa meningkatnya panggilan spam di Indonesia karena memang pangsa pasarnya yang besar. Jumlah panggilan spam terbesar dengan total 64 persen berasal dari panggilan bank, layanan finansial dan jasa asuransi.

“Kita lihat dari pangsa, Indonesia dengan jumlah masyarakat pengguna selular 335 juta orang pada Januari 2019, sedangkan populasi kita pada saat itu 265 juta. Berarti ada kelebihan, siapa? Pengguna nomor telepon ganda,” ungkapnya kepada DW Indonesia.

Populasi Indonesia jelas lebih besar dibandingkan dengan Brasil yang memiliki sekitar 200 juta penduduk dan Peru sekitar 37 juta penduduk. Namun jika dilihat secara presentase Indonesia berada di urutan ketiga.

“Bicara dengan pangsa yang begitu besar pasti akan memanfaatkan Indonesia dengan penawaran-penawaran, asuransi dan perbankan. Apakah ada yang menawarkan makanan, onderdil, mobil, baju? Gak ada, yang paling jamak menggunakan jasa telemarketing,” jelasnya.

Baca juga: Menurut FBI, Indonesia Jadi Negara Tujuan Penipuan Bermodus Industri Hiburan

Spam terbanyak dari layanan keuangan

Masyarakat sering mengeluhkan menerima panggilan telepon yang tidak diinginkan atau dibutuhkan dari pihak bank. Namun, ternyata panggilan telepon semacam ini tidak bisa dikategorikan sebagai panggilan spam jika penerima telepon merupakan pengguna atau klien dari bank tersebut.

“Sama sekali gak ada yang dirugikan. Lebih ke business to business (B2B), penelepon bukan negara, yang menerima bisa perusahaan, bisa individu. Jadi dari masyarakat ke masyarakat. Apa yang dirugikan, sama sekali gak ada,” tegasnya.

Abimanyu mencontohkan bila seseorang pergi ke pusat perbelanjaan dan ditawari berbagai macam hal oleh penjual makanan, baju dan lainnya, maka hal itu hanyalah bentuk penawaran dan bukan spam.

“Itu hanya menawarkan kepada orang yang lewat. Apakah kita butuh suatu saat produk itu? Yes, suatu saat kita butuh. Tapi mungkin pada saat itu kita belum mau beli hp, mungkin kita ke sana untuk makan malah ditawari hp,” ujarnya.

Logo Truecaller
Aplikasi TrueCaller merilis laporan “TrueCaller Insight Special Report 2019''

Panggilan baru bisa dikatakan sebagai spam calls atau merugikan, bila dilakukan oleh pihak yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pengguna telepon. Ia mengatakan bahwa dengan adanya aplikasi TrueCaller, justru penyedia telemarketing yang dirugikan.

“Karena mereka tahu ini sudah tidak efektif lagi. Dengan aplikasi TrueCaller orang akan menghindari panggilan-panggilan untuk urusan seperti ini,” ujarnya.

Lalu bagaimana menangani panggilan spam yang kian marak?

Adukan kepada YLKI

Jumlah penipuan (scam) lewat telepon meningkat dua kali lipat sejak tahun lalu, yakni dari 10 persen menjadi 21 persen. Artinya, setiap 1 dari 5 panggilan spam merupakan penipuan.

Salah satu penipuan yang marak dilakukan dikenal dengan istilah ‘wangiri scam’ atau ‘one ring scam’. Penipu akan melakukan panggilan yang berasal dari luar negeri dan meninggalkan panggilan tidak terjawab berulang kali. Korban yang menelepon balik akan mengalami kerugian saat teleponnya dialihkan kepada layanan tarif premium yang mahal.

Menangani panggilan spam memang sulit, namun masyarakat yang merasa dirugikan sebenarnya bisa melakukan pengaduan kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Menurut Staff Pengaduan dan Hukum YLKI, Rio Priambodo, panggilan spam bukan hanya soal penawaran-penawaran tertentu. Namun banyak pengguna telekomunikasi mengadukan telepon dari penagih utang yang menagih utang bukan atas nama mereka. 

''Hal-hal yang diadukan kepada YLKI, pertama penawaran produk. Kedua, penagihan utang. Kalau di perbankan biasanya mencantumkan nomor yang aktif yang bisa dihubungi. Nah, ini di luar nomor yang bisa dihubungi, terutama di fintech ilegal itu penagihannya melalui telepon, yang memang saat ini marak spam calls'' ujar Rio kepada DW Indonesia.

YLKI melakukan langkah pendataan dan membuat analisis untuk disampaikan kepada pemerintah tentang kebijakan yang harus diperbaiki. Dalam aturan perbankan, sebenarnya sudah tertulis bagaimana aturan cara penagihan dan penawaran produk. 

''Bagaimana kita mendukung pemerintah melakukan pengawasan untuk mengatasi hal tersebut. Untuk fintech memang baru, kita mendorong adanya kebijakan masalah penawaran hingga penagihan tersebut,'' jelasnya. 

Masyarakat yang merasa dirugikan terkait jasa keuangan bisa melapor kepada Otoritas Jasa keuangan (OJK). Sedangkan masyarakat yang mengalami masalah telekomunikasi bisa mengadu kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Baca juga: YLKI: Pelarangan Iklan Rokok di Internet dan Media Sosial Bisa Efektif

SMS spam juga tinggi

Tidak hanya panggilan spam, TrueCaller juga mengeluarkan data bahwa Indonesia berada di posisi ke-10 sebagai penerima SMS spam, dengan rata-rata 46 SMS setiap bulannya.

Sementara, Ethiopia berada di posisi teratas dengan 119 SMS spam, disusul Afrika Selatan dengan 114 SMS spam dan Kenya berada di posisi ke-3 dengan 102 SMS spam. Sementara Malaysia berada di posisi kedua sebagai negara penerima spam terbanyak kedua di Asia Tenggara.

Data TrueCaller dikumpulkan secara anonim dari panggilan masuk yang telah ditandai sebagai spam oleh pengguna atau secara otomatis oleh TrueCaller selama periode 1 Januari 2019 hingga 30 Oktober 2019.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), upaya mengatasi spam sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 2015. Sejumlah operator seluler setuju untuk memberikan ID khusus bagi penjual pulsa di seluruh Indonesia.

Para operator seluler juga sepakat membuat program khusus untuk mengatasi SMS spam. Kesepakatan itu merupakan tindak lanjut dari rekomendasi Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) soal pengetatan registrasi kartu perdana. 

"Kami melakukan penataan lagi dan menegakkan kembali registrasi kartu prabayar, sesuai dengan Permenkominfo Nomor 23 Tahun 2005," ujar anggota Komite BRTI Bidang Teknologi, Agung Harsoyo, seperti dilansir dari laman kominfo.go.id.

Kemkominfo juga membuka layanan aduan nomor telepon yang melakukan penipuan atau dianggap menyebar pesan sampah (spam) dan meresahkan. Pelanggan bisa mengadukan nomor tersebut ke akun Twitter @aduanBRTI.

(pkp/ae)