1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Industri Video Game Angkat Pesan Lingkungan di Game Teranyar

7 Juni 2019

Semakin banyak produsen video game yang mengangkat tema lingkungan dalam permainan teranyar. Terutama pertumbuhan pesat game smartphone ikut memancing Program Lingkungan PBB untuk ikut berkecimpung.

https://p.dw.com/p/3K228
Handyspiel King of Glory
Foto: picture-alliance/dpa/Imaginechina/Zhu Min

Chilli adalah ungka asal Kalimantan yang menjadi bintang video game baru, Wildeverse. Kehadirannya melengkapi tren anyar di bisnis permainan komputer yang berusaha menyisipkan pesan konservasi dan perlindungan hewan kepada kaum muda.

Internet of Elephants adalah perusahaan Kenya yang mengembangkan Wildeverse. Layaknya Pokemon Go, pengguna WIldeverse memerankan seorang ilmuwan cilik yang mempelajari habitat hewan di hutan Kalimantan atau Republik Kongo dengan kamera smartphone. Di dalamnya mereka bisa menyimak secara langsung kehidupan hewan dan habitatnya dalam ukuran orisinal.

Baca juga:Fatwa Haram PUBG, Peneliti: Game Bukan Penyebab Utama Kekerasan

Popularitas permainan smartphone turut menggoda Program Lingkungan PBB (UNEP) untuk bekerjasama dengan industri video game. Saat ini game smartphone tercatat dimainkan oleh sepertiga penduduk Bumi. "Jangkauannya luar biasa," kata Sam Barratt dari UNEP. "Kami ingin membantu industri video game mengajak pengguna berpikir tentang alam dan bagaimana mereka bisa mengembangkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan."

Bermain video game adalah salah satu jenis hiburan yang paling digemari di dunia. Tidak heran jika industri video game global mencatat keuntungan yang lebih besar ketimbang gabungan pemasukan industri film Amerika Serikat, India dan industri musik global. Sementara itu keuntungan dari permainan smartphone pada 2015 silam sudah melampaui keuntungan game konsol seperti Playstation atau XboX.

Dan dengan kecepatan internet yang terus bertambah, industri game smartphone global akan menyentuh angka 91,2 miliar Dolar AS pada 2021, menurut studi lembaga konsultan Newzoo.

Angka pertumbuhan yang tinggi itu juga dipengaruhi pergeseran demografi, usia dan gender di kalangan pengguna game smartphone. Menurut studi UNEP, pengguna video game yang berusia di bawah 21 tahun hanya berjumlah 22 persen dan kebanyakan hidup di negara berpenghasilan menengah seperti Nigeria dan Indonesia.

"Kalau kita berbicara permainan, orang biasanya langsung berpikir untuk anak-anak," kata Gautam Shah, pendiri Internet of Elephants. Padahal realitanya sebagain besar gamer adalah orang dewasa dari generasi pekerja.

Baca juga: WHO: Kecanduan Main Game Adalah Penyakit Gangguan Kejiwaan

Internet of Elephants bukan satu-satunya perusahaan yang ingin menebar pesan ramah lingkungan. Minecraft misalnya menawarkan fitur baru pembangunan taman nasional atau kota yang berkelanjutan. Pada 2016 silam Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon menunjuk Rovio, pembuat game Angry Birds, sebagai duta besar kehormatan untuk perubahan iklim.

Program itu antara lain menggandeng organisasi konservasi, World Wide Fund for Nature, untuk mempopulerkan Hari Harimau Sedunia. "Dalam beberapa tahun terakhir kami bermitra dengan perusahaan dalam isu perubahan iklim dan kami mendorong para pemain untuk juga berpikir tentang planet Bumi," kata Minna Eloranta, Jurubicara Rovio kepada Reuters.

rzn/ts (Reuters)