1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

081209 Südafrika Zivilcourage

8 Desember 2009

Jendela berjeruji, tembok tinggi dan pagar listrik di sekitar rumah. Pemandangan khas di kawasan perumahan di Afrika Selatan, karena tingginya tingkat kejahatan. Menjelang piala dunia warga mengambil inisiatif.

https://p.dw.com/p/KxKb
Cape Town, ibukota Afrika Selatan.Foto: picture alliance/dpa

Setiap malam ada patroli. Dua mobil berkeliling tanpa senjata, mencari senjata ilegal. Mary adalah salah satu anggota inisiatif warga di Alexandra, kota pinggiran Johannesburg. Walaupun tidak dibayar, ia tetap melakukan tugasnya dengan bangga.

“Kalau kita berpatroli dan melihat orang di jalan yang mempunyai senjata, maka kita bertanya kepada mereka, apakah senjata tersebut legal. Kalau tidak legal, maka kami telpon polisi. Ini tugas yang berbahaya dan kami mempertaruhkan hidup kami. Namun kami melakukan ini untuk kesejahteraan lingkungan kami. Kami suka dengan paguyuban kami.“

Kepolisian Afrika Selatan bekerja sama dengan banyak inisiatif warga seperti ini. Sebenarnya hampir semua kota di Afrika Selatan mempunyai apa yang disebut forum polisi. Tetapi banyak orang di Alexandra, yang mengatakan, Afrika Selatan butuh kepercayaan diri yang lebih besar untuk bertindak melawan kekerasan. Apalagi menjelang piala dunia sepak bola 2010. Namun kepolisian mengatakan, penyebab dari kebanyakan kejahatan tingkat tinggi adalah konflik keluarga dan ini tidak akan mempengaruhi para turis. Kepala polisi Afrika Selatan, Bheko Cele, mengatakan, dalam kerangka kecil, tidak banyak yang masih harus dilakukan. Ia selalu bisa tidur pulas jika berpikir mengenai persiapan piala dunia. Dan Afrika Selatan juga siap menghadapi masalah yang berdimensi lebih besar.

Memang Afrika Selatan tidak punya banyak pengalaman dalam hal serangan teror tetapi komunitas Muslimnya yang besar sudah pernah menarik perhatian internasional. Lima tahun lalu kepolisian Inggris menemukan satu kotak penuh paspor palsu dari Afrika Selatan, di rumah seorang anggota kelompok Al-Qaida. Tahun 2005, sebelum serangan teror di London, para pelakunya mendapat telepon dari Afrika Selatan. Dan September lalu kedutaan besar Amerika Serikat dan semua kantor perusahaan Amerika ditutup untuk dua hari karena alasan keamanan. Tidak pernah diumumkan alasan jelasnya. Apabila ada ancaman besar di tahun 2010, maka negara ini siap mengatasinya, demikian kepala polisi Afrika Selatan, Bheko Cele.

“Serangan 11 September tidak terjadi di Johanesburg, melainkan di tempat lain. Seperti negara-negara lain, kami juga sudah siap. Kami selalu memperbaiki upaya kami, kami selalu mendengarkan pihak lain dan kalau perlu kami juga akan meminta bantuan negara lain sehingga kami selalu berada dalam posisi terbaik.“

Selama ini acara-acara besar di Afrika Selatan selalu berjalan mulus, seperti kejuaraan dunia rugby atau piala konfederasi FIFA. Tetapi acara-acara besar seperti itu tentu selalu menarik banyak tindakan kriminal, misalnya pencopetan atau penipuan. Karena itu inisiatif warga seperti di Alexandra merupakan suatu peringatan bagi Afrika Selatan, bahwa negara ini masih harus melakukan sesuatu. Seperti dikatakan Michelle:

“Pesan saya adalah, mari kita bersatu! Mari kita berikan kasih sayang dan rasa hormat yang sudah sepantasnya kepada diri kita sendiri. Lebih dari itu, kita harus menunjukkan kepada dunia, betapa indahnya Afrika Selatan, betapa erat ikatan warganya dan betapa kita sudah maju dalam beberapa tahun terakhir.”

Satu hal jelas: piala dunia tanpa insiden besar akan menjadi sebuah kemenangan bagi Afrika Selatan, siapa pun yang memboyong piala dunianya.

Jana Genth/Anggatira Rinaldi
Editor: Hendra Pasuhuk