1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

BaMF Studie Integration

20 April 2010

Dinas urusan migrasi dan pengungsi di Jerman meneliti kemajuan integrasi di negara ini. 4500 warga asing di Jerman menjadi sumber penelitian.

https://p.dw.com/p/N1C9
Gambar simbol integrasiFoto: BilderBox

Keinginan untuk berintegrasi dari lima kelompok migran terbesar di Jerman semakin meningkat. Dibandingkan dengan tahun 2001, semakin banyak warga Turki, Polandia, Yunani, Italia dan warga dari negara pecahan Yugoslavia, yang ingin tetap tinggal di Jerman. Sekitar 40 persen permohonan untuk menjadi warga negara Jerman berasal dari warga negara bekas Yugoslavia dan Turki. Demikian hasil penelitian dinas urusan migrasi dan pengungsi Jerman.

Selain itu juga diajukan pertanyaan, apakah para migran bisa membayangkan untuk menikah dengan warga Jerman? 80 persen warga Italia menjawab dengan 'ya'. Warga Turki dengan 55 persen yang paling sedikit mengiyakan. Di generasi orang tuanya pun, semakin banyak yang bisa membayangkan anaknya menikah dengan warga Jerman. Orang tua asal Turki yang paling skeptis dalam hal ini. 47 persen menyatakan tidak setuju jika anak perempuannya menikah dengan orang Jerman.

Torsten Jäger, pimpinan Dewan Antar Budaya Jerman memuji tolok ukur yang dipakai oleh penelitian kali ini. "Jika dilihat proses integrasi dari 2001 hingga 2007, harus diakui kita telah mengalami kemajuan. Ini adalah pesan yang penting dari penelitian tersebut. Selain itu, penelitian ini memperjelas, bahwa dari generasi ke generasi di semua kelompok migran di Jerman, kecenderungan integrasi bertambah, tingkat pendidikan membaik dan integrasi sosial meningkat."

Kemampuan berbahasa Jerman pun membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 94 persen warga Italia yang berada di Jerman memperoleh nilai cukup, baik atau sangat baik. Di posisi terakhir adalah warga Turki, khususnya adalah keturunan Turki yang perempuan. 25 persen dari mereka mengaku tidak bisa berbahasa Jerman atau buruk sekali kemampuan berbahasa Jermannya. Lebih dari 7 persen tidak bisa membaca. Hal unik dari penelitian ini, 75 persen migran asal Turki mengaku tidak begitu menguasai bahasa ibunya.

Dietrich Tränhardt, anggota Dewan Migrasi berkomentar, "Tetapi harus disebutkan, bahwa kelompok migran asal Turki sangatlah berbeda-beda. Ada lapisan yang pendidikannya meningkat, ada lapisan menengah yang terintegrasi sangat baik dan di sisi lain terdapat kelompok besar yang tidak berhasil di dunia kerja dan menjadi tersisihkan."

Namun, sepertinya dibandingkan dengan migran asal negara lain, warga Turki masih lebih beruntung di Jerman. Baik keturunan Turki pria mau pun perempuan lebih sering memiliki pekerjaan. Walau pun begitu penghasilan bersih mereka rata-rata 260 Euro lebih rendah dibandingkan rata-rata. Penyebab utamanya adalah tingkat kelulusan dari sekolah yang lebih buruk. Pendidikan, kemampuan berbahasa Jerman dan pekerjaan, menurut dinas urusan migrasi Jerman ini adalah hal terpenting untuk memperbaiki integrasi warga asing di Jerman. Dan sepertinya, masih banyak yang harus dilakukan di masa depan.

Klaus Dahmann/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Agus Setiawan