1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Internasional Desak Israel-Libanon Menahan Diri

4 Agustus 2010

Perserikatan Bangsa-bangsa, Uni Eropa dan Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya atas konflik terbaru yang terjadi di perbatasan antara Libanon dan Israel.

https://p.dw.com/p/Objz
Tentara IsraelFoto: AP

Konflik yang dipicu oleh insiden penebangan pohon oleh Israel itu merupakan pertempuran paling serius sejak perang di Libanon pada musim panas tahun 2006. Kemarin, pasukan Israel berusaha menyingkirkan pohon di perbatasan. Kedua negara sempat beradu argumentasi dimana pohon itu berada. Namun PBB, Rabu ini menyatakan bahwa pepohonan yang ditebang oleh Israel itu berada dalam teritorial Israel.

Israel Soldat Libanon Hisbolla Panzer
Tentara Israel bersiaga di atas panzerFoto: AP

AS, PBB, Uni Eropa Satu Suara

Pemerintah Amerika Serikat mendesak kedua pihak yang bertikai untuk menahan diri semaksimal mungkin. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Phillip Crowley mengatakan bahwa AS telah mengontak kedua pihak dan mengharapkan jangan sampai hal serupa terulang kembali. Mengingat ketegangan di wilayah itu sudah cukup tinggi.

Hal senada disuarakan Sekjen PBB, Ban Ki Moon yang menyerukan agar Israel dan Libanon sama-sama menahan diri sepenuhnya. Kedua pihak diminta bekerjasama dengan UNIFIL yaitu pasukan perdamaian PBB yang ditempatkan disana. UNIFIL akan segera menyelidiki keadaan yang memicu baku tembak, yang menewaskan empat orang tersebut. Duta Besar Rusia untuk PBB yang duduk dalam Dewan Keamanan PBB, Vitali Tschurkin mendesak kedua pihak agar mematuhi resolusi 1701, sebuah resolusi yang mengakhiri perang di Libanon tahun 2006.

Sementara Uni Eropa menyerukan kedua negara agar mengendalikan diri. Pejabat urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan kedua pihak harus mengambil tindakan untuk menghindari kekerasan atau ketegangan lebih lanjut. Ia juga mendukung penyelidikan lengkap sesegera mungkin menyangkut insiden tersebut.

Israel Libanon Schusswechsel Gefecht UNO
Penjaga perjaga perdamaian UNIFIL di Adaisseh, LibanonFoto: AP

Pemerintah Jerman tidak ketinggalan menyampaikan reaksinya. Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle menandaskan perlu dilakukan segala upaya ke arah perdamaian dan rekonsiliasi.

Saling Tuding

Hingga kini, tak jelas siapa yang memulai konflik terbaru itu. Di satu sisi Presiden Libanon Michel Suleiman mengutuk aksi militer Israel yang menurutnya merupakan pelanggaran atas Resolusi PBB. Perdana Menteri Libanon, Saad Hariri, yang sedang berlibur di Italia menuduh Israel melakukan agresi dan melanggar kedaulatan Libanon. Menteri negara urusan parlemen Libanon Michel Faroun, mengungkapkan:„Sekarang kita melihat bahwa tentara Israel melakukan penetrasi ke wilayah Libanon, yang memaksa tentara Libanon bereaksi atas kekerasan ini.“

Symbolbild Kriegsdrohungen Israel Libanon
Krisis Israel-LibanonFoto: DW

Di lain pihak, pemerintah Israel menganggap pemerintahan Libanon-lah yang bertanggung jawab atas insiden ini. Israel juga memperingatkan Libanon, akan konsekuensinya, bila insiden serupa terulang kembali. Andy David dari kementereian luar negeri Israel mengatakan: „Kami memandangnya sebagai proses berlanjut atas pelanggaran resolusi 1701, dan kami melihat Libanon bertanggung jawab atas insiden ini.“

Laporan dari kedua pihak itu saling bertentangan. Menurut Libanon, Israel memasuki wilayah dekat kota Adisseh yang berada dalam wilayah Libanon, untuk menebang pohon. Sementara Israel bersikukuh bahwa mereka tidak melampaui batas wilayah. Israel balik menuding Libanon sengaja memprovokasi masalah.

Konflik terbaru terjadi antara Libanon dan Israel kali ini merupakan yang terparah sejak perang Libanon tahun 2006. Sebuah perang yang dipicu oleh penculikan dua tentara Israel yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal, Hizbullah.

Ayu Purwaningsih/dw/dpa/afp/rtr/ap

Editor: Agus Setiawan