1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hukum dan Pengadilan

Internasional Kecam Hukuman Penjara Aktivis Perempuan Saudi

29 Desember 2020

Aktivis perempuan Arab Saudi Loujain al-Hathloul divonis penjara 5 tahun 8 bulan atas tuduhan kejahatan terkait terorisme. Hukuman ini pun memicu semburan kritik internasional.

https://p.dw.com/p/3nIt7
Aktivis perempuan Loujain al-Hathloul
Aktivis perempuan Loujain al-HathloulFoto: Reuters/ Amnesty International/M. Wijntjes

Pengadilan Arab Saudi menjatuhkan vonis hukuman penjara lima tahun delapan bulan kepada aktivis terkemuka Loujain al-Hathloul atas tuduhan kejahatan terkait terorisme pada Senin (28/12). Tetapi sebagian hukuman yang ditangguhkan akan memungkinkan pembebasan Hathloul dalam beberapa bulan, demikian kata keluarganya.

Vonis tersebut memicu semburan kritik dari organisasi internasional dan kelompok hak asasi manusia.

Penangguhan hukuman terjadi menyusul tekanan global yang kuat atas pembebasan Hathloul dan dilakukan jelang pelantikan Presiden terpilih AS Joe Biden awal Januari 2021, yang telah berjanji akan bersikap keras terhadap Arab Saudi perihal masalah hak asasi manusia. Hal ini pun berbading terbalik dengan sikap Presiden Donald Trump selama ini.

Pengadilan menangguhkan hukuman 2 tahun 10 bulan "jika dia tidak melakukan kejahatan apa pun" dalam tiga tahun ke depan. Hathloul memiliki kesempatan untuk mengajukan banding dalam waktu 30 hari.

"Penangguhan 2 tahun dan 10 bulan selain waktu yang sudah dijalani (sejak Mei 2018) akan membuatnya (dibebaskan) dalam waktu sekitar dua bulan," tulis Lina al-Hathloul, saudara perempuan Loujain al-Hathloul di Twitter.

Seorang sumber yang dekat dengan keluarga dan kelompok kampanyenya termasuk ALQST yang berbasis di London mengatakan Hathloul akan dibebaskan pada Maret tahun depan.

Pengadilan juga melarang Hathloul meninggalkan Arab Saudi selama lima tahun, kata keluarganya.

Sementara saudara laki-laki Loujain al-Hathloul, Walid, mengatakan pihak keluarga sangat kecewa dengan putusan itu. "Ini menunjukkan bahwa tidak ada cara untuk mendapatkan keadilan dari pengadilan palsu ... Sidang sejak hari pertama telah bermotif politik," kata Walid al-Hathloul, yang berbasis di Toronto, kepada kantor berita AFP.

Hujan kritik

Loujain Al-Hathloul (31), yang dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019 dan 2020, ditangkap pada Mei 2018 bersama dengan sekitar selusin aktivis perempuan lainnya, beberapa minggu sebelum Arab Saudi mencabut larangan selama puluhan tahun terhadap pengemudi perempuan. Mereka dituduh melakukan kegiatan yang dilarang undang-undang anti-terorisme.

Elizabeth Broderick, ketua kelompok kerja PBB untuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan, telah menyerukan pembebasan segera al-Hathloul, dan mengatakan bahwa dia diadili "karena menggunakan hak fundamentalnya untuk kebebasan berekspresi, berkumpul dan berserikat secara damai."

Bulan lalu, kasus Loujain al-Hathloul dilimpahkan ke Pengadilan Kriminal Khusus (SCC) yang dinilai banyak pihak sebagai kemunduran.

Orang tua Hathloul, Abdullah dan Fatima, yang bertindak sebagai kuasa hukum, telah dilarang bepergian ke luar negeri sejak Maret 2018. Pengamat internasional, pers, dan diplomat tidak diizinkan hadir di persidangan.

Human Rights Watch awal bulan ini mengatakan bahwa otoritas Saudi sedang terburu-buru dalam menggelar persidangannya. HRW sebelumnya mengkritik SCC karena membungkam para pengkritik pemerintah dengan mengadakan persidangan yang tidak adil dan menjatuhi hukuman penjara yang lama.

"Arab Saudi terkenal karena kasusnya terhadap aktivis hak asasi manusia dan pembangkang terkemuka yang kasusnya pada dasarnya tidak adil dan penuh kejanggalan," kata Adam Coogle, Wakil Direktur divisi Timur Tengah dan Afrika Utara HRW kepada DW. Coogle ragu pengajuan banding akan berhasil dilakukan. 

Omid Nouripour, seorang anggota parlemen Jerman dari partai Hijau yang bertemu dengan al-Hathloul beberapa kali sebelum penangkapannya, menyuarakan kritik bahwa persidangan tersebut tidak adil. Kasus tersebut "memberikan contoh (pemerintah Saudi) membungkam orang-orang yang berpikir kritis," katanya kepada DW menjelang putusan Senin (28/12).

Berlin terus tekan Riyadh

Kementerian Luar Negeri Jerman berulang kali mengatakan kepada DW bahwa pihaknya mengikuti kondisi hak asasi manusia di Arab Saudi, termasuk kasus al-Hathloul, dengan sangat prihatin. Menyusul keputusan tersebut, Berlin mengecam putusan pengadilan sebagai putusan yang "tidak bisa dimengerti."

Aktivis tersebut telah "berdiri, dengan keberanian besar untuk lebih menentukan nasib sendiri dan hak-hak perempuan Saudi - sebuah agenda yang sekarang juga telah didukung oleh pemerintah Saudi," kata Bärbel Kofler, komisaris hak asasi manusia pemerintah Jerman.

"Laporan penyiksaan al-Hathloul dan kondisi kesehatannya yang buruk sangat mengganggu dan tidak dapat dipahami mengapa pengadilan tidak menindaklanjuti klaim tersebut."

Pejabat Jerman itu juga mengatakan "berbesar hati" bahwa putusan ini setidaknya memberikan kemungkinan bahwa aktivis - yang telah menghabiskan bertahun-tahun di penjara dan sebagian dari hukumannya ditangguhkan - akan segera dibebaskan.

"Perspektif ini sekarang harus menjadi kenyataan," katanya.

Jennifer Holleis turut berkontribusi dalam artikel ini.

rap/ha (dpa, AFP, Reuters, AP)