1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan Iklim IPCC

Edith Koesoemawiria27 September 2013

Perubahan iklim global, kemungkinan besar akibat ulah manusia. Demikian inti rangkuman Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, IPCC usai pertemuan empat hari di Stockholm, Jumat 27/09/13.

https://p.dw.com/p/19pMt
Foto: picture-alliance/dpa

Pemanasan global sudah teramati sejak 1950. Kini bisa dipastikan, 95% penyebabnya adalah kegiatan manusia. Laporan lengkap IPCC yang tersusun dalam 14 bab, baru akan diluncurkan Senin (30/09/13).

Mengenai rangkuman yang diluncurkan Jumat (27/09/13, )Thomas Stocker, salah seorang ketua kelompok kerja mengungkapkan, “Evaluasi ini didasari jutaan perhitungan yang memungkinkan pandangan tanpa bias mengenai kondisi ekosistem bumi. Miliaran gigabyte data numerik menjadi landasan bagi prediksi-prediksi yang dikemukakan dalam rangkuman yang ditujukan pada para pembuat kebijakan”. Disebutkan, informasi amat penting ini perlu disebar seluas mungkin.

Tak banyak kejutan

Banyaknya bocoran selama penelitian terakhir menyebabkan tak banyak kejutan dalam rangkuman yang diluncurkan. Seperti diduga, IPCC mempertajam proyeksinya soal permukaan air laut, hingga akhir tahun menjadi antara 10-32 inci atau 26-82 sentimeter. Prediksi sebelumnya lebih rendah, yaitu 7-23 inci atau 18-59 sentimeter.

Symbolbild Klimawandel
Symbolbild KlimawandelFoto: picture-alliance/dpa

Bagi kota pelabuhan besar, bukan hanya kenaikan air laut yang perlu dipantau. Pertumbuhan dan penurunan tanah secara signifikan bisa meningkatkan risiko banjir. Para penulis laporan melihat kerugian banjir bisa dialami oleh 136 kota-kota pesisir terbesar di dunia.

Referensi kebijakan

Rangkuman 30 halaman penelitian kelompok kerja satu, merupakan satu dari empat bagian laporan mengenai pemanasan global yang secara keseluruhan akan diterbitkan Oktober tahun depan. Diharapkan laporan itu menjadi referensi utama bagi pemerintahan yang tengah mengolah kebijakan lingkungan.

Para delegasi mengatakan bahwa nada pembicaraan sangat konstruktif, dan banyak negara mengutarakan keinginan untuk keterangan yang lebih jelas mengenai temuan-temuan ilmiah itu, dan bukan menentangnya sebagai alasan pengurangan gas rumah kaca.

Sebagian besar pembicaraan terkait dengan penggambaran lugas sebuah dunia yang akan mengalami peningkatan gelombang panas, hujan badai dan banjir serta naiknnya permukaan air laut. Tepatnya, bagaimana mengungkapkan hal ini secara lebih jelas agar mudah dimengerti.

Jangan sangkal temuan ilmiah

Kepala Iklim PBB Christiana Figueres mengatakan keluarnya laporan itu adalah “sebuah momentum peringatan bagi dunia”.

“Untuk mengarahkan manusia keluar dari zona bahaya tinggi, pemerintahan di dunia harus segera maju untuk mengambil langkah penyelamatan iklim dan membuat kesepakatan pada tahun 2015 untuk meningkatkan skala “usaha mengekang efek gas rumah kaca, kata dia.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry juga menyerukan aksi yang lebih kuat, dan menjuluki laporan itu sebagai “peringatan lain untuk menyadarkan.”

“Mereka yang menyangkal ilmu pengetahuan atau mencari alasan (untuk tidak melaksanakan-red.) langkah-langkah itu sesungguhnya sedang bermain api,” kata dia dalam pernyataannya.

Pemanasan global melamban?

Sejumlah negara ingin menekankan bahwa bukan hanya alasan alami yang menyebabkan ancaman perubahan drastis iklim. Menurut hasil pantauan, tahun 1980-an dan 1990-an merupakan masa di mana peningkatan suhu berlangsung cepat. Sementara sekitar tahun 2000-an, terjadi pelambanan. Laporan ini juga berusaha menjelaskannya. Hal yang tidak mudah, mengingat adanya pandangan bahwa masalah iklim tidak separah yang disangka.

Klimawandel, Scholle schmilzt der Robbe unterm Hintern weg
Foto: picture-alliance/dpa

IPCC mencatat berkurangnya sedikit dampak CO2 di udara. Di pihak lain, menekankan bahwa pelambanan tidak akan berlangsung lama. Pada abad ini suhu udara akan naik antara 0.3 hingga 4.8 derajat Celsicus, tergantung pada upaya manusia membatasi besarnya gas buang.

Seorang profesor Universitas New York, Hal Hershfield mengatakan, cara terbaik untuk mendorong sikap ramah lingkungan adalah menekankan kehidupan jangka panjang suatu bangsa.

ek/hp( dpa/rtr/afp)