1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Irak Akan Repatriasi Warga di Perbatasan Polandia-Belarus

16 November 2021

Ribuan pengungsi terjebak di perbatasan Polandia-Belarus dalam kondisi memprihatinkan. Irak akan mengoperasikan penerbangan satu arah bagi warga yang ingin pulang dengan sukarela.

https://p.dw.com/p/430kG
Tenda pengungsi di perbatasan Belarus-Polandia
Tiap malam, pengungsi di perbatasan harus menghadapi suhu udara yang anjlok drastisFoto: Leonid Shcheglov/BelTA/AP/picture alliance

Pemerintah Irak mengatakan akan mulai mengatur penerbangan repatriasi pertama bagi warganya yang ingin meninggalkan Belarus.

Pada hari Senin (15/11) juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak, Ahmed al-Sahaf, mengatakan kepada media lokal bahwa penerbangan pertama akan dijadwalkan hari Kamis (18/11).

"Irak akan melakukan penerbangan pertama bagi mereka yang ingin kembali secara sukarela pada tanggal 18," ujar Ahmed al-Sahaf kepada televisi Irak.

Irak Airlines menghentikan layanan penerbangan antara Baghdad dan ibu kota Belarus, Minsk, pada Agustus 2021. Namun, kini maskapai itu diizinkan untuk mengoperasikan penerbangan satu arah dari Minsk ke Baghdad untuk membawa kembali mereka yang terjebak di perbatasan, ujar juru bicara maskapai.

Warga Afganistan masuk daftar penumpang terlarang

Pada Minggu (14/11), maskapai nasional Belarus, Belavia, mengumumkan bahwa mereka akan melarang  warga Irak, Suriah, Yaman dari penerbangan yang berangkat dari Dubai ke Minsk. Warga negara Afganistan kini juga ditambahkan ke daftar negara yang dilarang terbang oleh maskapai penerbangan Belavia.

Dalam sebuah pernyataan di laman internet mereka, maskapai Belavia mengatakan: "Sesuai keputusan otoritas yang berwenang dari UEA, harap dicatat bahwa mulai 14.11.2021 warga Afganistan, Irak, Yaman, Suriah tidak akan diterima untuk naik ke penerbangan dari Dubai ke Minsk. Oleh karenanya, Belavia memperkuat verifikasi dokumen saat check-in untuk penerbangan dari Dubai."

Maskapai tersebut juga membantah tuduhan telah memfasilitasi "pengangkutan migran ilegal ke Republik Belarus."

Hari Jumat (12/11), otoritas penerbangan Turki mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengizinkan warga dari Irak, Suriah, atau Yaman untuk melakukan perjalanan dengan penerbangan ke Belarus dari bandara Turki. 

Keputusan tersebut disambut hangat oleh para pemimpin Uni Eropa. "Terima kasih kepada pihak berwenang Turki," kata Charles Michel, Presiden Dewan Eropa pada hari Jumat.

Uni Eropa diperkirakan akan memperketat sanksi terhadap Belarus pada hari Senin (15/11/21). Kemungkinan sanksi juga akan dijatuhkan kepada maskapai penerbangan dan agen perjalanan yang terlibat mengangkut pengungsi ke Eropa.

Media lokal di Belarus melaporkan Presiden Alexander Lukashenko mengatakan bahwa pihak berwenang telah berusaha meyakinkan para migran untuk kembali ke negara asal mereka.

"Pekerjaan aktif tengah berlangsung di area ini, untuk meyakinkan orang-orang, tolong, kembali ke rumah. Tapi tidak ada yang mau kembali," ujar Lukashenko seperti dikutip oleh kantor berita milik Belarus, Belta.

Situasi suram di perbatasan

Saat para pemimpin Eropa berusaha memutus rute perjalanan pengungsi, ribuan migran yang terjebak dalam ketidakpastian di perbatasan antara Polandia dan Belarus menghadapi kondisi penuh ketidakpastian. Mereka harus bertahan dengan persediaan makanan, air atau persediaan obat-obatan yang terbatas. Selain itu, tiap malam mereka menghadapi suhu udara yang menurun drastis.

Namun terlepas dari krisis kemanusiaan di perbatasannya, Polandia bergeming. Koresponden DW Barbara Wesel mengatakan bahwa kepemimpinan Polandia tampaknya menghindar berkomentar tentang krisis kemanusiaan yang berkembang di perbatasannya.

"Mereka tidak mengomentari situasi kemanusiaan di perbatasan, mereka kurang lebih menyangkalnya. Mereka minggu lalu meloloskan sebuah peraturan di parlemen yang membuat tindakan untuk mendorong mundur pengungsi adalah legal menurut hukum Polandia, jadi itulah yang mereka coba lakukan," ujar Wesel.

Dengan bantuan kamera inframerah, penjaga perbatasan Polandia terus memundurkan posisi kelompok migran yang mencoba masuk ke negara itu.

"Orang-orang yang mereka tangkap di wilayah perbatasan yang berhasil melintasi perbatasan, jika mereka bertemu dengan penjaga perbatasan, mereka akan didorong kembali ke wilayah Belarus, jadi permainan dorong-mendorong terus berlangsung dengan konsekuensi yang mengerikan," ungkap Wesel.

"Makin banyak yang berdatangan"

Sebuah video yang dirilis pada hari Senin oleh penjaga perbatasan Polandia menunjukkan kerumunan pengungsi tengah berkumpul di perbatasan Polandia dan Belarus.

"Semakin banyak kelompok migran dibawa ke perbatasan Kuznica oleh pasukan Belarus," kata Kementerian Pertahanan Polandia di Twitter. Wakil Menteri Dalam Negeri Maciej Wasik mengatakan ada "ribuan migran" di jalur penyeberangan itu.

Video-video itu tidak dapat diverifikasi secara independen karena Polandia melarang wartawan untuk meliput dari daerah perbatasan langsung karena adanya aturan keadaan darurat untuk memblokir arus para pengungsi.

Polandia mengatakan bahwa sekitar 3.000 hingga 4.000 pengungsi yang kebanyakan dari Timur Tengah, saat ini berkemah di sepanjang perbatasan. Krisis ini telah menjadi sumber gesekan terbaru antara negara-negara Barat dengan Belarus dan sekutunya Rusia.

ae/yf (AFP, Reuters)