1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Bersikeras Lanjutkan Program Nuklir

20 Februari 2007

Pertemuan Jurunding Iran dan IAEA di Wina akan menetukan kelanjutan sengketa program nuklir Iran. PBB akan tetapkan sanksi ekonomi?

https://p.dw.com/p/CP8l
Baradei dan Larijani dalam pertemuan di Iran April tahun lalu
Baradei dan Larijani dalam pertemuan di Iran April tahun laluFoto: AP

Menjelang berakhirnya batas waktu yang ditetapkan PBB, yaitu Rabu 21 Februari, para diplomat Iran kelihatan berupaya menjembatani ketegangan. Jururunding Iran Ali Larijani terbang ke ibukota Austria, Wina, untuk melakukan konsultasi dengan Badan Energi Atom Internasional IAEA. Larijani ingin berbicara dengan Direktur IAEA, Mohamad el Baradei, sebelum IAEA minggu ini mengeluarkan laporan tentang program nuklir Iran. Laporan ini akan menentukan langkah PBB selanjutnya terhadap Iran.

Larijani sebelumnya mengisyaratkan, negaranya tetap ingin mencari penyelesaian sengketa program nuklir di meja perundingan. Namun kalangan elit politik di Iran dalam beberapa hari terakhir terus menerus menegaskan pentingnya program nuklir bagi masa depan negara itu. Pimpinan spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei misalnya menerangkan, simpanan minyak dan gas bukan tidak terbatas. Karena itu Iran perlu tenaga nuklir. Khamenei menyebut program nuklir sebagai ‚masa depan dan penetuan nasib Iran’. Pandangan negara-negara Barat bahwa Iran tidak perlu tenaga nuklir adalah salah. Mengenai posisi negara-negara Barat, Khamenei mengatakan:

"Mereka tidak mau masyarakat Iran punya teknologi ini, supaya jadi terus tergantung dan terbelakang. Tentu saja, masyarakat Iran tidak bisa menerima hal ini.“

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bersuara lebih tegas lagi dalam penolakannya. Ia berulangkali menegaskan di hadapan publik Iran, bahwa negaranya dulu sudah bekerjasama dalam kerangka ketentuan IAEA. Dan kerangka IAEA pun mengijinkan suatu negara memiliki program nuklir untuk keperluan sipil:

Mahmoud Ahmadinejad: “Seluruh dunia sudah tahu, bahwa Iran bekerja berdasarkan hak-hak kedaulatannya dan dalam kerangka ketetapan IAEA. Kami berhak, sesuai dengan perjanjian internasional, untuk memiliki siklus produksi.“

Sejak DK PBB menetapkan resolusi nomor 1737 akhir tahun lalu, posisi Iran memang tidak berubah. Teheran menyatakan siap melakukan perundingan, namun sekaligus menegaskan, perundingan ini tidak boleh dikaitkan dengan prasyarat tertentu. Dengan kata lain, Iran tidak bersedia menghentikan program nuklirnya, sebagaimana dituntut resolusi 1737. Batas waktu terhadap Iran akan berakhir hari Rabu besok. Setelah itu, PBB bisa menetapkan sanksi ekonomi terhadap negara itu. Sampai saat ini, semua perkembangan mengarah pada meruncingnya sengketa tentang program nuklir Iran. Kecuali jika para jururunding di Wina bisa mencapai terobosan baru yang tidak diduga-duga.