1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Khawatir Ancaman Kanker dari Barang Impor Cina

Yalda Zarbakhch 28 Januari 2013

Warga Iran khawatir akan gelombang produk impor dari Cina yang merusak kesehatan. Contoh terbaru adalah kanvas rem yang mengandung asbes yang bisa semakin mengotori udara di Teheran.

https://p.dw.com/p/17RbC
Foto: FARS

Baru-baru ini, berita tentang kurangnya kualitas produk impor Cina memenuhi media di Iran. Kantor berita "Mehr" tidak hanya memperingatkan akan bahaya bahan kandungan di mainan anak-anak, sepatu dan obat-obatan saja. Polusi udara di Teheran bisa jadi semakin berbahaya berkat partikel beracun dari Cina. Kantor berita tersebut mengutip penelitian terbaru dinas pengawasan produk pemerintah Iran. Menurut laporan tersebut, kanvas rem dari Cina mengandung 30 persen asbes.

"Selama asbes tidak terurai, tidak akan menimbulkan bahaya. Jika seratnya lapuk atau dipengaruhi mesin, seperti pada kanvas rem, maka akan terurai", jelas Prof. Dr. Adrian Gillissen, direktur klinik paru-paru dan saluran pernapasan di Kassel. Betapa berbahayanya serat asbes dan partikel debu bagi warga, bergantung pada kondisi cuaca dan kondisi lingkungan, tegas Gillissen. "Saat angin dan hujan, resiko lebih sedikit. Karena partikel debu akan terhanyut. Saat asap kabut, seperti kasus di Teheran sekarang, resikonya lebih besar. "Khususnya anak-anak berada dalam bahaya," kata pakar paru-paru Gillissen.

Kesepakatan Dagang Menguntungkan Cina

Di Uni Eropa, kanvas rem yang mengandung asbes sudah dilarang sejak tahun 90-an. Memang di Iran sejak beberapa tahun terakhir ada standar produk dan ketentuan impor dengan tujuan mengurangi dampak asbes. Namun, upaya ini bentrok dengan hubungan dagang yang erat antar kedua negara. Karena terkena sanksi barat, Cina menjadi semakin penting sebagai konsumen minyak Iran. Cina mengeruk keuntungan. Sejak Mei 2011, impor minyak dari Iran bisa dibayar hingga 40 persen dengan mata uang Cina dan 60 persen dalam bentuk barang produk Cina.

Bildergalerie Rapex Gefährliche Produkte
Bahaya dari mulai mainan hingga kanvas remFoto: AP

"Sehingga Iran kehilangan pilihan bebas produk impornya", tegas penasihat ekonomi Uni Eropa Mehrdad Emadi. Standar produk dan pembatasan impor dengan ini tidak lagi berlaku, ujar Emadi kepada Deutsche Welle. Produsen Cina dulu membagi produk ekspornya dalam lima kategori, A hingga E, tergantung negara tujuan. Produk A dan B diimpor oleh negara dengan standar produk tinggi. Tapi 90 persen ekspor Cina di Iran masuk ke kategori C, D dan E, yang di banyak negara dilarang karena membahayakan kesehatan.

Iran Tidak Punya Pengaruh Besar

"Cina hampir bisa memproduksi semua barang dengan paling baik hingga paling buruk," tegas pakar Cina Daniel Krahl dari yayasan ilmu pengetahuan dan politik di Berlin. "Apa yang akhirnya diekspor, hanya bergantung pada harga dan tekanan dari pemerintah lokal masing-masing." Menurut Krahl, pihak Cina menganggap tanggung jawab diemban oleh pemerintah negara yang mengimpor produknya. Karena itu, pemerintah Iran harus aktif memperketat pengawasan impor dan menuntut pemenuhan standar produk. "Tapi tentu produsen Cina juga tahu, bahwa warga Iran tidak punya banyak pilihan mengingat sanksi dan situasi ekonomi yang buruk."

Symbolbild Exporten aus China
Pemeriksaan harus diperketatFoto: picture-alliance/dpa