1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran: Penangkapan dan Ketenangan yang Menegangkan

29 Desember 2009

Ketenangan yang menegangkan terasa di Iran pasca demonstrasi berdarah pada perayaan Asyura pada akhir pekan lalu. Pemerintah di Teheran tingkatkan tekanan terhadap oposisi yang melaporkan penangkapan.

https://p.dw.com/p/LGm5
Penjara Evin di Teheran, Iran, 29.12.2009

Penangkapan dua orang terdekat mantan Presiden Mohammed Khatami dan tiga penasehat pemimpin oposisi Mir-Hossein Moussavi telah dikonfirmasi pemerintah Iran hari Senin (29/12). Setelah itu, pada malam harinya, Nushin Ebadi, saudara perempuan penerima hadiah Nobel perdamaian Shirin Ebadi, ditangkap. Padahal Nushin tidak pernah aktif dalam kegiatan politik, ujar saudaranya Shirin kepada pemancar televisi CNN.

Pemerintah Iran secara resmi menyatakan bahwa sekitar 300 demonstran ditangkap pada akhir pekan lalu, termasuk Mehdi Arabshahi, anggota organisasi mahasiswa Daftar Tahkim Vahdat . Bahare Hedayat, juru bicara organisasi mengutarakan kepada redaksi Persia DW: "Ia ditangkap hari Minggu di Teheran. Tapi kami tidak tahu, ke mana ia dibawa dan bagaimana keadaannya saat ini. Kami sangat khawatir. Situasi kelihatan buruk... Kami khawatir, ia disiksa dan dipaksa untuk mengakui kesalahan di televisi."

Proteste in Teheran 27.12.2009
Aksi protes di Teheran 27.12.09Foto: Kosoof

Kegiatan internet dan telpon genggam menurun

Sejak aksi unjuk rasa memprotes pemilihan kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad, pengakuan kesalahan yang dipaksa dan proses-proses terbuka sudah menjadi kegiatan rutin.

Bagi proses terbuka semacam itu, Mehdi Arabshahi merupakan mangsa yang ideal. Ia adalah anggota komite pusat organisasi mahasiswa yang terbesar di Iran. Meski jaringan organisasi itu biasanya sangat baik, juru bicaranya masih belum mengetahui, siapa saja yang juga ditangkap. Bahare Hedaya:"Kegiatan internet dan jaringan telpon genggam diturunkan secara drastis. Saat ini sebaiknya tidak melakukan kontak dengan yang lain, karena hanya akan memperburuk masalah. Hingga kini, hanya penangkapan Arabshahi yang dikonfirmasi."

Mehdi Karrubi kritik pedas tindakan polisi

Sementara itu, pemerintah di Teheran berupaya memblokir internet yang digunakan oposisi sebagai alat komunikasi yang penting. Namun, meskipun demikian orang-orang tetap mengirimkan potongan rekaman video ke internet yang menunjukkan bagaimana Garda Revolusi secara brutal memukul pengunjuk rasa yang berdemonstrasi damai. Di situ juga terlihat demonstran yang marah, di antaranya ada yang menderita luka serta bajunya terkoyak-koyak.

Pemancar televisi Iran Press TV hari Senin (28/12) membenarkan kabar adanya delapan orang tewas dalam bentrokan antara aparat keamanan dan demonstran pada perayaan Asyura. Politisi oposisi Mehdi Karrubi mengkritik tindak kekerasan polisi dan mengatakan, bahkan Syah Iran pun menghormati perayaan Asyura. Karrubi sendiri saat ini dikenakan semacam tahanan rumah. Demikian tutur putranya Hossein Karubi kepada DW: „Ayah saya pada dasarnya kena tahanan rumah. Sejak beberapa hari ini, para pengawal pribadi menolak mengawalnya. Ini dari kepolisian dan jelas, siapa yang memerintahkan begitu. Malam kemarin dulu, ketika ia hendak pergi ke masjid, saya yang mengantarkannya dengan mobil saya."

Mehdi Karrubi
Mehdi KarrubiFoto: salaamnews

Jenazah belum diserahkan kepada keluarga

Pada bulan-bulan terakhir ini, Mehdi Karubi berulang kali diganggu orang yang tak dikenal. Juga pada Senin malam (28/12) seusai sembahyang bagi korban tewas di masjid di Teheran. Dua orang menghancurkan kaca mobilnya dan baru kabur, setelah sejumlah orang datang.

Sementara itu, Karubi menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban tewas, di antaranya keponakan politisi oposisi Moussavi. Namun, dengan alasan otopsi, yang berwajib masih belum juga menyerahkan jenazah Sejed Reza Moussavi dan empat korban lain kepada keluarga masing-masing. Diduga keras, yang berwenang tidak ingin pemakaman Moussavi digunakan oposisi untuk melancarkan aktivitas baru menentang pemerintah.

Shabnam Nourian/Christa Saloh

Editor: Luky Setyarini