1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

011009 EU Lissabon-Vertrag

2 Oktober 2009

Dalam jajak pendapat, mayoritas rakyat Irlandia mengatakan 'ya' kepada Kesepakatan Lissabon. Namun para pemilih terkenal senang membuat kejutan.

https://p.dw.com/p/JwHt
Berbagai plakat dalam kampanye menjelang referendum kedua mengenai Kesepakatan Lissabon Jum'at ini (03/10)Foto: picture-alliance/ dpa

Irlandia adalah satu-satunya negara anggota Uni Eropa yang diwajibkan oleh konstitusinya untuk melakukan referendum jika ada perubahan menyangkut perjanjian di Uni Eropa. Setelah penolakan pertama Kesepakatan Lissabon Juni 2008, Jum'at ini (02/10) sekitar tiga juta pemilih akan menentukan apakah mereka menerima Kesepakatan Lissabon yang telah ditambah beberapa lampiran baru. Rakyat Irlandia sudah terlatih melakukan referendum. Tahun 2001 mereka menolak perjanjian Nice. Namun dalam referendum kedua, 16 bulan kemudian, Irlandia menyetujuinya. Ini merupakan perjanjian Uni Eropa yang sekarang ini berlaku. Perdana Menteri Irlandia Brian Cowen menginginkan efek yang sama dalam referendum kali ini. Irlandia mendapatkan garansi, bahwa kedaulatannya dalam masalah pajak dan larangan aborsi tidak akan disentuh. Tetapi Cowen juga memberikan sinyal kepada rakyat Irlandia, bahwa ratifikasi ini lebih dari hanya sebuah perjanjian di atas kertas.

“Referendum ini bukan sebuah rutinitas. Ini menyangkut hal yang melewati masalah kepartaian, organisasi atau kepentingan regional. Ini menyangkut masa depan negara kita.”

Irlandia hanya mempunyai peluang untuk keluar dari krisis ekonomi yang drastis ini di dalam Eropa. Hampir semua partai politik yakin akan hal ini. Juga perhimpunan ekonomi dan serikat buruh sepakat dengan ini. Menteri urusan Eropa Dick Roche mengatakan, Irlandia sangat tergantung ke Eropa dalam masalah perdagangan dan hubungan baik. Roche juga mengkhawatirkan, jika Irlandia mengatakan 'tidak' terhadap Kesepakatan Lissabon, maka hal ini juga akan mempengaruhi negara-negara lain di Uni Eropa.

“Ini akan tragis sekali, karena Kesepakatan Lissabon merupakan sesuatu yang bagus. Kalau kita semua mengatakan 'ya', maka Eropa akan menjadi lebih demokratis dan efisien. Akan menjadi sebuah tragedi jika kita kehilangan hal ini.“

Kelompok yang skeptis terhadap Uni Eropa, seperti pengusaha dan pendiri partai anti Eropa, Declan Ganley, menuduh pemerintah Irlandia sama sekali tidak mengubah Kesepakatan Lissabon untuk referendum kedua ini. Inti dari perjanjian ini tidak disentuh sama sekali setelah penolakan pertama.

“Garansi-garansinya tidak berarti. Dalam dunia perdagangan, kalau sebuah perjanjian diubah, maka para pengacaranya saling menukar versi-versi yang baru, yang nantinya harus ditandatangani. Tidak ada parlemen di Eropa yang perlu mengurusi Kesepakatan Lissabon ini atau meratifikasi perubahannya, karena memang tidak ada yang diubah.“

Tidak seperti kampanye sebelum referendum Juni 2008 lalu, kali ini Declan Ganley tidak mendapatkan banyak dukungan. Kali ini pemerintah di Dublin cukup yakin dapat memenangkan referendum. Juga karena para petani turut memberikan suaranya. Demikan urusan Menteri Eropa Dick Roche. Selama 36 tahun keanggotaan Irlandia di dalam Uni Eropa, sektor pertanian telah mendapatkan dana lebih dari 43 milyar Euro. PM Irlandia, Cowen, juga mengatakan, dengan Kesepakatan Lissabon ini rakyat Irlandia dapat menolong negaranya bangkit secara ekonomi. Ha lini ditepis Declan Ganley. Menurutnya, para investor lah yang membuka lapangan kerja dan hal ini tidak ada hubungannya dengan Kesepakatan Lissabon. Selain itu, perjanjian ini akan membatasi kedaulatan Irlandia. Setalah beratus-ratus tahun dikuasai Inggris dan akhirnya merdeka ditahun 1937, kedaulatan adalah hal sensitif bagi rakyat Irlandia.

Tempat pemungutan suara akan ditutup Jum'at malam, jam 10 waktu setempat. Diharapkan, hasil penghitungan pertama akan diumumkan hari Sabtu (03/10).

Bernd Riegert/Anggatira Rinaldi
Editor: Agus Setiawan