1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IRU Giessen

23 September 2006

Kali ini Serial „Studi Wilayah Indonesia di Jerman“ akan mengajak Anda ke Universitas Giessen. Di sana bidang studi wilayah Indonesia dan Asia Tenggara memang tidak ditawarkan. Lalu apa yang dapat di temukan di Universitas Giessen?

https://p.dw.com/p/CPUn
Panorama Kota Giessen
Panorama Kota GiessenFoto: dpa - Bildarchiv

Di universitas kota Giessen yang terletak di negara bagian Hessen ini perkumpulan penelitian Indonesia atau „Indonesia Research Unit“ berkantor. IRU merupakan satu-satunya perhimpunan Jerman yang meneliti Indonesia.

Esther Heidbüchel sangat memuji berdirinya „Indonesia Research Unit“ atau IRU di Universitas Giessen. IRU bukanlah suatu jurusan, orang tidak dapat kuliah disana. Tapi pusat penelitian ini merupakan perhimpunan ilmuwan Indonesia dan Jerman.

Esther Heidbüchel yang berusia 34 tahun, sedang menulis disertasi mengenai konflik di Papua Barat. Ketika berada 6 bulan di Indonesia, Esther juga mengunjungi Papua dan bertemu dengan wakil dari partai yang bertikai. Selama penelitiannya Esther menarik manfaat dari kerja sama IRU dengan mitranya, antara lain Universitas Parahyangan Bandung, UNPAR dan Center for Strategic and International Studies di Jakarta, CSIS:

Esther: : „Pada tahun 2004 saya melakukan penelitian untuk disertasi saya di Jakarta, Bandung dan Jayapura. Kerja sama IRU dengan UNPAR dan CSIS sangat bermanfaat untuk mendapat hubungan dengan mitra wawancara dari Papua, DPR-RI dan lain-lainya.“

Selain mengadakan kontak langsung, menurut Esther, tukar pikiran dengan pakar Indonesia lainnya dari IRU sangat penting. Anggota perhimpunan penelitian ini terdiri dari pakar Indonesia dari Jerman yang masing-masing memiliki keahlian khusus. Secara timbal balik para ilmuwan dari Indonesia, yang menjadi anggota IRU juga memberikan pengetahuannya. Kerjasama antara Indonesia dan Universitas Giessen lebih tua dari umur IRU. Sudah banyak proyek riset pakar geografi Giessen yang dilakukan di Indonesia. Profesor Ulrich Scholz yang mengajar di jurusan Georafi sangat mengenal Indonesia dari sisi keahliannya. Ia pernah tinggal lama di Sumatra. Sementara itu jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik Universitas Giessen memiliki Profesor Reimund Seidelmann yang berkonsentrasi pada Indonesia. Profesor ini sejak lama berkecimpung dalam urusan hubungan antara Uni Eropa dan negara-negara Asia Tenggara. Profesor Reimund Seidelmann juga membimbing Dr. Christoph Schuck dalam melakukan penelitian untuk tugas akhir doktoralnya. Mereka kemudian mendirikan Indonesia Research Unit di tahun 2004.

Mengapa Indonesia menjadi obyek penelitian yang menarik di Giessen? Dr. Christoph Schuck sebagai ketua IRU mengungkapkan:

Schuck: "Kami percaya, bahwa relevansi Indonesia akan meningkat terus di kawasan Asia Tenggara, di Asia Timur dan di dunia. Oleh karena itu analisis-analisis politik yang mendetail sangat dibutuhkan. Kami yakin bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman Eropa dan sebaliknya misalnya dalam hal mempersatukan bangsa-bangsa yang heterogen."

Jantung IRU adalah kerjasama dengan sebuah universitas di Indonesia. Yaitu perjanjian kerjasama dengan Universitas Parahyangan sejak tahun 1998. Banyak keuntungan yang dapat ditarik kedua belah pihak dari hasil kerjasama tersebut . Misalnya, ilmuwan Jerman seperti Esther dapat memanfaatkan kontak dan pengetahuan para ilmuwan Indonesia. Sebaliknya, sejak tahun ini telah didirikan „Pusat Studi Eropa“ di UNPAR. Di sini para ilmuwan Jerman dapat menyumbangkan kontak dan pengetahuannya. Pertukaran antara kedua negara terlihat dengan banyaknya simposium dan konferensi. Tahun lalu di Giessen diselenggarakan lima simposium yang bertemakan Indonesia. Temanya berkisar dari proses demokrasi, otonomi daerah dan partai politik sampai reformasi bidang keamanan. Tahun ini IRU dan Unpar mengadakan sebuah konferensi di Bandung. Di Jakarta juga dibuat seminar tentang demokratisasi di Indonesia oleh IRU dan CSIS. Kandidat doktor Esther juga menggunakan sarana kerjasama CSIS di Jakarta dalam penelitiannya di Papua:

Esther: "Pada tahun 2004 saya berada di CSIS sebagai visiting fellow. Selain bantuan formalitas akses perpustakaan terutama juga diskusi dengan rekan-rekan CSIS untuk mendapat klarifikasi persepsi untuk mengadapi masalah Papua, hubungan CSIS dengan tokoh-tokoh Papua dan seluruh Indonesia sangat mempermudah kesempatan-kesempatan untuk mewawancarai mereka."

Jika selesai dengan program doktornya, Esther ingin menjadi penasehat politik seperti rekan kerjanya di CSIS. IRU sendiri merupakan sebuah „Think Tank“. Dan terdiri dari tiga pilar, yakni kerjasama antar budaya, penelitian intensif dan konsultasi politik. Dengan konsentrasi politiknya, IRU menutup kekurangan yang ditemui di berbagai universitas. Selama ini banyak perguruan tinggi Jerman yang meneliti budaya dan bahasa Indonesia, tapi jarang ada fakultas politik yang memiliki ahli tentang Indonesia. Padahal pemahaman dasar politik suatu negara merupakan hal penting bagi mahasiswa, untuk melakukan studi perbandingan antar negara. Hal yang juga dialami Esther:

„Giessen dan IRU mempunyai fokus yang modern sekali yaitu pendekatan interdiszipliner. Pendekatan itu sangat cocok untuk rencana disertasi saya yang meneliti konflik Papua dalam kerangka konflik modern sebagai konflik domestik yang berimplikasi kepada komunitas internasional. Karena itulah saya harus memasukan aspek politik, budaya dan conflict research. Penelitian saya tak mungkin dilakukan tanpa adanya kerja sama antara institusi Jerman dan Indonesia. Jadi universitas Giessen adalah pilihan pertama saya.”

IRU juga terbuka bagi para kandidat doktor dari Indonesia. Tahun depan akan datang dua calon doktor Indonesia ke Giessen. Mereka harus memenuhi syarat penerimaan yang sangat ketat, seperti pelamar Jerman lainnya. Persyaratan yang diminta IRU antara lain: kandidat doktor harus memiliki latar belakang penelitian politik. Disertasinya harus ditulis dalam bahasa Jerman dan Inggris. Pelamar harus memiliki pengalaman di luar negeri dan semua penelitiannya harus berkualitas tinggi. Karena IRU hidup dari pengetahuan atau “Know How” yang dibawa para anggotanya. Selain itu para calon doktor dan proyek IRU dibiayai beasiswa dari berbagai yayasan. Hanya yang terbaik yang mendapat kesempatan. Ketua IRU, Christopher Schuck, sedang mengerjakan tugas post-doktoral yang didukung oleh Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG) atau Perkumpulan Riset Jerman. Tema dari tugasnya adalah „Islam di Indonesia“. Schuck baru saja kembali dari Jakarta setelah menyelesaikan wawancara dengan nara sumber penelitiannya

Schuck: "Dalam proyek penelitian saya, saya berhasil membicarakan secara luas dengan Gus Dur dan Hidayat Nur Wahid dari pandangan yang berbeda mengenai peranan agama Islam dalam politik Indonesia."

Dalam kesempatan itu Schuck juga mendapat bantuan dari mitra IRU, misalnya seorang doktor lulusan Giessen yang kini duduk di DPR dan kandidat doktor yang bekerja di departemen luar negeri Indonesia. Sementara rekan kerja dari Universitas Parahyangan Bandung juga membantu dalam mengatasi kendala birokrasi. Di Giessen, UNPAR dipuji karena mutu pendidikan politiknya yang tinggi dan kwalitas penelitiannya.

Setengah tahun lalu IRU dan UNPAR menyelenggarakan konferensi tentang demokratisasi, yang sekaligus menunjukkan kompetensi kedua institusi serta minatnya pada proses demokratisasi di Indonesia. Konferensi ini membahas tantangan proses desentralisasi, reformasi sektor keamanan hingga politik luar negeri Indonesia. Selain wakil dari IRU dan UNPAR, profesor ilmu politik Jerman Thomas Meyer dan profesor filsafat Franz Magnis Suseno hadir sebagai penyaji makalah. Hasil konferensi ini akan disusun menjadi sebuah buku. Akhir tahun ini buku tersebut akan diterbitkan di Jerman dan awal tahun depan diterbitkan di Indonesia. Mantan presiden Abdurrahman Wahid akan menyumbang kata pengantar pada buku tersebut.

Walaupun baru berusia dua tahun, IRU sudah memiliki pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tentang Indonesia dan di Indonesia sendiri. Anggota IRU dari Jerman selalu menekankan pentingnya kerjasama dengan rekannya dari Indonesia. Mereka berharap kerjasama ini tetap terjalin di masa mendatang. Universitas Giessen memang tidak akan membuka bidang studi pengajaran yang bertemakan Indonesia. Tapi mereka akan tetap menjadikan Indonesia Research Unit, IRU sebagai suatu perhimpunan penting tempat bergabungnya pakar politik Indonesia.