1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Islamic Solidarity Games Diwarnai Debat soal Pakaian

23 September 2013

Islamic Solidarity Games dibuka di Indonesia di tengah kekacauan jadwal acara dan debat mengenai pakaian yang pantas bagi para atlet muslim.

https://p.dw.com/p/19mIn
Foto: Dedek/AFP/Getty Images

Islamic Solidarity Games dibuka di Indonesia di tengah kekacauan jadwal acara dan debat mengenai pakaian yang pantas bagi para atlet muslim.

Lebih dari 1.800 atlet dari 46 negara berpenduduk Muslim mengambil bagian dalam pertandingan yang berlangsung di negara berpenduduk Muslim terbesar dunia tersebut, demikian dinyatakan oleh panitia penyelenggara.

“Mari kita sisihkan dulu beban politik kita,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan acara, saat ia memberikan penghormatan khusus bagi kontingen Mesir, Suriah dan Palestina yang ikut dalam acara tersebut.

“Melalui acara ini, mari kita buktikan kepada dunia bahwa negara-negara Islam bisa hidup harmonis dan bersatu,” kata dia.

Acara pembukaan berlangsung sederhana di Palembang, ibukota Sumatra Selatan, merefleksikan sulitnya pendanaan acara tersebut.

Panitia lokal mengatakan mereka belum menerima dana dari pemerintah pusat.

“Menakutkan. Dana itu belum cair sampai sekarang, kami minta bantuan ke kiri dan ke kanan supaya acara ini bisa terselenggara sesuai rencana,“ kata Djoko Pramono, seorang anggota senior komite penyelenggara.

Acara yang akan berlangsung hingga 1 Oktober ini, menghadapi serangkaian masalah lain termasuk dua perubahan lokasi.

Acara itu tadinya dipindahkan dari Riau di Sumatra ke ibukota Jakarta, dan akhirnya digeser lagi ke Palembang setelah adanya kebaratan dari para pejabat Sumatra.

Penyelenggara hanya punya waktu kurang dari dua bulan untuk memindahkan semua acara itu ke lokasi baru.

Debat soal pakaian

Perlombaan pertama The Islamic Solidarity Games diselenggarakan tahun lalu di Arab Saudi. Saat itu pakaian bikini dilarang, dan hari pertandingan atlet laki-laki dan perempuan dipisahkan sepenuhnya, sementara para laki-laki dilarang menonton pertandingan renang atlet perempuan.

Tapi, pihak penyelenggara Indonesia menolak pembatasan tersebut. Mereka juga menolak permintaan sejumlah negara yang menginginkan agar pertandingan antara atlet laki-laki dengan atlet perempuan dilakukan di hari yang berbeda.

”Kami sudah mengatakan sejak tahun lalu bahwa kami akan mengikuti aturan internasional, bukan aturan Muslim,” kata Pramono.

”Kami memberi kepada para atlet kebebasan penuh untuk mengenakan apapun yang mereka mau. Kalau mereka ingin memakai burqa atau jilbab untuk voli pantai, silakan, kami tidak akan melarang mereka,” tambah Pramono.

Rita Subowo, kepala Komite Olimpiade Indonesia mengatakan bahwa tim bola voli pantai perempuan Indonesia akan memakai kostum two-piece untuk mempermudah gerakan dan karena pakaian itu juga telah disetujui Komite Olimpiade Internasional.

Kostum two-piece, yang biasa dipergunakan dalam pertandingan internasional adalah atasan seperti bra olahraga dan celana pendek ketat, yang bagi kalangan konservatif dianggap terlalu terbuka memamerkan aurat.

Pertandingan diawali dengan cabang bola basket dan sepakbola, dan 11 cabang lainnya akan dimulai pada beberapa hari mendatang.

Perhatian kini tertuju pada kompleks olahraga Palembang, yang pada tahun 2011 menjadi lokasi penyelenggaraan Sea Games.

Sejumlah fasilitas belum selesai dibangun ketika acara olahraga terbesar Asia Tenggara itu dibuka, sementara puluhan atlet menderita keracunan makanan pada saat itu.

Selama Sea Games 2011, dua penggemar sepakbola tewas akibat berdesakan di stadion.

ab/ap (sfp,ap,rtr)