1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

141010 Libanon 3 Israel

15 Oktober 2010

Dengan rasa cemas, Israel menanggapi kunjungan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad ke kawasan perbatasan di bagian selatan Libanon. Digambarkan kunjungan Ahmadinejad tersebut sebagai provokasi.

https://p.dw.com/p/PfM7
Ahmadinejad (kiri) ketika diterima Perdana Menteri Libanon Saad HaririFoto: AP

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev, mengatakan, "Dominasi Iran atas Libanon dengan bantuan anteknya, yakni kelompok Hisbullah, telah merusak peluang untuk menciptakan perdamaian. Iran menjadikan Libanon sebagai negara satelit, pusat teror dan menciptakan ketidakstabilan."

Amerika Serikat juga memperingatkan Iran agar tidak menyulut ketegangan di Libanon. Juru bicara Kementarian Luar Negeri di Washington, Philip Crowley, menyatakan, "Kami mengetahui bahwa Iran dan kelompok Hisbullah berusaha untuk merongrong pemerintahan nasional dan kedaulatan Libanon. Kami sangat mencemaskan peranan yang dimainkan Iran di kawasan tersebut. Dan kami akan mengamatinya dengan seksama, apa yang dilakukan Presiden Ahmadinejad."

Dalam menanggapi kunjungan Presiden Ahmadinejad di Libanon, Israel juga antara lain menuduh pemerintah di Teheran mempersenjatai kelompok Hisbullah dengan ribuan roket. Amos Gilad seorang pejabat tinggi Kementerian Pertahanan Israel mengatakan bahwa Presiden Libanon Michael Suleimen tidak berdaya melihat semakin kokohnya kekuatan dan eksistensi kelompok Hisbullah di bagian selatan Libanon.

Selain Israel dan Amerika Serikat, juga kubu politisi pro Barat di Libanon mengecam kunjungan Presiden Ahmadinejad. Harian "Al Hayat" menyebutnya sebagai kunjungan ke negara Hisbullah. Warga Libanon harus berhati-hati agar Ahmadinejad tidak memainkan peranan seperti halnya Suriah di masa lalu.

Dalam kunjungannya, Presiden Ahmadinejad yang disambut meriah pengikut kelompok Hisbullah, menandaskan, dunia harus mengetahui, bahwa para penindas akan dihancurkan dan Palestina akan bebas. Ia juga menyatakan agar dunia mengetahui bahwa zionis telah mati. Ia menyampaikan ucapannya tersebut di sebuah desa yang mengandung makna simbolis, yakni tempat pertempuran sengit antara tentara Israel dan pejuang Hisbullah empat tahun lalu. Dan tempat itu hanya terletak empat kilometer dari perbatasan dengan Israel.

Dalam lawatannya yang pertama di Libanon, Presiden Ahmadinejad menampilkan wajah ganda. Ketika bertemu dengan pengikut kelompok Hisbullah, ia menonjolkan peranan pimpinan keagamaan. Sedangkan ketika mengadakan pertemuan resmi dengan wakil pemerintah Libanon, Presiden Ahmadinejad menampilkan dirinya sebagai negarawan dan tokoh moderat.

Schauff/Asril Ridwan/dpa

Editor: Agus Setiawan